Pasang Iklan Murah Disini
Pasang Iklan Murah Disini
Pasang Iklan Murah disini

Ini dia ! TESIS GAJAH MADA BERAGAMA ISLAM ?

Ini dia ! TESIS GAJAH MADA BERAGAMA ISLAM ?

by Helmi Adam

Sriwijaya Aktual – Masyarakat Indonesia mengenal kerajaan Majapahit itu adalah sebuah kerajaan Hindu-Buddha terbesar di Nusantara. Termasuk juga dengan Gajah Mada sang Patih/Panglima Perang kerajaan Majapahit yang terkenal dengan Sumpah Palapa-nya.

Tapi setelah dilakukan penelitian ulang, terungkap fakta baru jika Islam masuk Ke Indonesia jauh sebelum majapahit berdiri tepatnya tahun1089 sudah ditemukan makam beragama Islam. Itu artinya Islam masuk ke Indoneia dari abad ke 10. Tapi bukan berarti adalah Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Islam.

Justru saya menduga hanya gajah mada lah yang beragama Islam Gajah Mada atau nama aslinya Mpu Mada. Tulisan ini secara singkat akan menjelaskan sejumlah bukti yang menunjukkan Gajah Mada adalah beragama Islam dnan seorang muslim.

Mahapatih Gajah Mada Kerajaan Majapahit yang terkenal atas Sumpah Palapanya telah tercatat dalam sejumlah bukti sejarah, diantaranya prasasti dan kakawin negarakertagama. Meski demikian, mahapatih yang membuat Kerajaan Majapahit jaya dimasa Hayam Wuruk ini, tidak banyak yang tahu asal usulnya.

Tentang Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu Budha terbesar tidak ada yang bisa menyanggkal, karena dibuktikan dalam prasasti dan kitab kakahwin pararaton.

Sedangkan gajah mada merupakan salah satu tokoh sentral di Kerajaan Majapahit saat mencapai masa kejayaannya dengan pusat pemerintahan di Wilwatikta atau sekarang dikenal Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Dinasti yang didirikan oleh Raden Wijaya (wafat tahun 1309) berdarah bangsawan Jawa dan Sunda ini mencapai puncak kejayaan di era Raja Hayam Wuruk.

Masa kejayaan Majapahit tidak lepas dari figur Gajah Mada, termasuk segudang kontroversi cerita yang hingga kini. Karir Gajah Mada mulai menanjak setelah dia berhasil menyelamatkan Jayanegara, raja kedua Majapahit dalam peristiwa pemberontakan Ra Kuti tahun 1319.Memang setelah meninggalnya Raden Wijaya, Majapahit disibukkan oleh pemberontakan di sana sini dari pada ekspansi militer atau ekonomi ke wilayah baru.

Umumnya pemberontakan terjadi untuk mengambil alih kekuasaan yang dilakukan oleh orang-orang bekas istana, maupun daerah-daerah yang ingin melepas diri dari Majapahit. Dalam kitab Pararaton diceritakan, pemberontakan di zaman Jayanegara dilakukan oleh para Dharmaputra yang tak lain loyalis Raden Wijaya.

Pemberontakan ini terjadi karena raja kedua Majapahit ini berdarah campuran Jawa dan etnis Melayu, bukan asli keturunan Kertanagara. Seperti diketahui, bahwa Jayanegara merupakan hasil perkawinan antara Raden Wijaya dengan Dara Petak

Dalam pemberontakan yang dipimpin oleh Ra Kuti, seorang perwira Majapahit dari daerah Pajarakan (sekarang Probolinggo, Jawa Timur). Ra Kuti, berhasil merebut tahta Majapahit dari tangan Jayanegara.

Karena kondisi kerajaan sudah tidak kondusif, komandan pasukan Bhayangkara Gajah Mada akhirnya melarikan raja muda bernama lain Raden Kalagemet (jahat dan lemah) ini ke wilayah Badander. Di Jawa Timur saat ini, Nama Badander mengacu pada dua daerah; pertama Desa Dander yang masuk di administrasi Kabupaten Bojonegoro, dan Desa Bedander masuk wilayah Jombang.

Setelah kondisi dirasa cukup aman, Gajah Mada kemudian kembali ke Majapahit untuk menggalang kekuatan dari rakyat jelata hingga para loyalis Jayanegara di kerajaan. Pada akhirnya Ra Kuti bersama pemberontak lainnya bisa dikalahkan.Karena jasa besarnya tersebut, Gajah Mada diangkat sebagai patih Majapahit.

Dari sini, karir militer Gajah Mada semakin moncer. Di hari-hari berikutnya, dipercaya untuk menumpas para pembesar kerajaan. Tercatat karena jasanya itu, dia pernah diangkat sebagai Patih Doha (Kediri) dan Patih Kahuripan (sekarang Sidoarjo).

Di masa pemerintahan Tribhuwana Wijaya tunggadewi, posisi Gajah Mada diangkat menjadi mahapatih setelah berhasil menumpas pemberontakan di Sadeng dan Keta (masuk Kabupaten Situbondo).

Pada periode inilah Gajah Mada melakukan ekspansi besar-besaran kerajaan Majapahit ke segala penjuru. Banyak kerajaan penting berhasil direbut Majapahit, seperti Kerajaan Pejeng (Bali), sisa-sisa kerajaan Sriwijaya dan Malayu.

Puncaknya, Gajah Mada diangkat sebagai Patih Amangkubumi dan kembali menjadi tokoh sentral kemajuan Majapahit di zaman Hayam Wuruk, termasuk salah satu peristiwa penting dan kontroversi hingga kini masih simpang siur yaitu Sumpah Palapa.

Dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapanca, kekuasaan Majapahit yang didapat dari peperangan maupun monopoli dagang terbentang dari Papua, Sumatera, Tumasik (sekarang disebut Singapura), hingga sebagian pulau di Filipina. Semua terbingkai dalam peta Nusantara.

Lantas siapa sebenarnya Gajah Mada ini? Di mana tempat asal Gajah Mada? Mengapa karirnya begitu cepat melesat? Apakah benar dia orang dalam istana yang sempat terasingkan karena apakah ?

Dalam bukunya Muhammad Yamin mengatakan Gajah Mada merupakan rakyat biasa yang lahir di Kawi daerah kaki gunung Arjuna yang lahir tahun seribu tiga ratusan.

Sementara menurut Lontar yang berjudul Babad Gajah Mada yang tersimpan di Universitas Udayana Bali, menyebutkan Gajah Mada, lahir di daerah Mada,di Barat Daya gunung Semeru. Kedua orang tua gajah mada menjadi brahmana, gajah madapun dititipkan kepada seorang penghulu desa dan dinamakan Jaka mada artinya adalah pria dari mada.

Tidak mudah melacak biografi Gajah Mada sebelum dia berkarir di militer Majapahit. Misteri yang sama juga berlaku terkait meninggalnya mahapatih yang semasa hidupnya disebut tidak memiliki keturunan ini.

Jika Gajah Mada memang tokoh penting kerajaan, misteri selanjutnya adalah mengapa peninggalan atau napak tilas kehidupannya sangat minim.

Mungkinkah karena Gajah Mada beragama Islam jadi tidak banyak di ceriterakan ?

Salah satu cerita rakyat yang terkenal dan banyak mengundang penasaran publik adalah Gajah Mada berasal dari Desa Modo, Lamongan, Jawa Timur. Karena alasan ini pula penulis Ya’cob Billiocta mencari informasi lebih dalam untuk membuktikan kebenaran kabar tersebut.

Sejalan dengan cerita tersebut seperti dalam Lontar yang berjudul Babad Gajah Mada yang tersimpan di Universitas Udayana Bali, menyebutkan Gajah Mada, lahir di daerah Mada,di Barat Daya gunung Semeru. Kedua orang tua gajah mada menjadi brahmana, gajah madapun dititipkan kepada seorang penghulu desa dan dinamakan Jaka mada artinya adalah pria dari mada.

Didalam penelitian Yacob, diceritakan tentang Sitinggil yaitu punden berundak tempat Gajah Mada mengawasi kebo kebonya.

Di tahun 1974. S Jati Laksanaa menulis dalam prosanya yang berjudul Gajah Kencana Mangala Majapahit. Dikisahkan tentang Dipa atau nama kecil Gajah Mada di usia 7 tahun, yang artinya benteng . Dipa kecil berhasil menyelamatkan seorang Brahmana Muda bernama Anuraga atau kuda Anjang Piani dari serangan ular.

Dipa kecil tampaknya sering dihukum oleh penghulu desa tersebut , berbadan gempal, bermata bulat, akhirnya dijadikan murid oleh Anuraga. Disitulah Dipa kecil belajar bermacam ilmu darinya.(Nama DN Aidit idenya dari sini, Dipa Nusantara Aidit, padahal DN nama aslinya adalah Djafar bin Naim,Wawancara Ridwan Saidi )

Anuraga Sendiri adalah cucu Aryawiraraja dan anak dari Ronggolawe, sehingga ilmu politik Aryawiraraja dan ilmu tapa brata serta beladiri yang sempurna, dimiliki gajah mada kala itu

Berbeda dengan bukunya Muhammad Yamin dikatakan Gajah Mada merupakan rakyat biasa yang lahir di Kawi daerah kaki gunung Arjuna yang lahir tahun seribu tiga ratusan.

Bertentangan dengan hal yang saya sebutkan tadi, sebuah Prasasti Singasari di malang tahun 1351 M, yang di keluarkan oleh Gajah Mada sendiri, tentang pembangunan tempat suci Caitiyah, untuk tokoh yang sudah meninggal dunia, yaitu raja kertanegara.bersama patihnya yaitu Empu Raganata dan brahmana lainya yang turut meninggal dunia.

Hal inilah sejalan dengan cerita dari mulut ke mulut bahwa Gajah Mada adalah putra Kertanegara dari selir yang diasingkan.

Adalah Nyi Andong Sari nama selir Kertanegara yang difitnah oleh istri raja dan berujung pada pengusiran dari Istana. Sejumlah pengawal diperintahkan untuk membuang atau dibolehkan membunuh Andong Sari. Dengan segera, pasukan ini berangkat meninggalkan kerajaan melaksanakan titah.

Setelah menempuh perjalanan panjang, rombongan eksekutor Andong Sari ini tiba di sebuah tempat yang sepi, tinggi, dan di tengah alas. Saat hendak mengeksekusi, para pengawal ini merasa kasihan tidak tega membunuh Andong Sari.

“Para pengawal ini tidak tega membunuh Nyi Andong Sari. Yang pertama, bagaimana pun dia adalah bagian dari kerajaan, dan dia juga sedang hamil,” kata Jumain. juru Kunci di Sitinggil.(tambahan Tulisan)

Di tempat tersebut, yang kini bernama Gunung Ratu, Andong Sari dibiarkan hidup. Keseharian Andong Sari ditemani oleh dua pengawalnya bernama Garangan Putih dan Kucing Condromowo

Namun Arkeolog Universitas Indonesia Profesor Agus Aris Munandar menafsirkan bahwa Pembangunan tersebut, didasari bukan karena Gajah Mada anak Kertanegara tapi lebih dikarenakan adanya kesamaan cita cita pembentuk kan perasatuan negara Mandala Nusantara.

Pendapat Agus Aris Munandar bisa jadi benar karena tidak ada satu pun bukti orang tua Gajah Mada adalah Kertanegara, hanya ada di dalam cerita dari mulut ke mulut saja.

Sedangkan dalam penelusuran kitab Serat Pararaton ada kemungkinan ayah Gajah mada adalah Gajah Pagon Saudara Dyah Wijaya yang tertusuk di pahanya oleh jayakatwang dan kemudian menikah dengan perempuan di pandaan dan memiliki anak Gajah Mada.

Namun sayangnya jika kita menggunakan pijakan bahwa Gajah Mada adalah anak seorang bangsawan maka menjadi aneh jika Gajah Mada mulai berkarier dari seorang Bekel Bhayangkari, atau seorang kopral rendahan.

Maka dari itu kemungkinan agama Gajah Mada adalah Islam bisa menjadi tesis yang bisa diterima akal sehat. Karena dalam pupuh negara kertagama sosok gajah mada digambarkan Tenang. Suka Beramal, Cerdas, dan relegius. Sifat penggambaran Gajah Mada seperti orang Islam yang takwa.

Jika gajah mada keturunan Bangsawan Beragama Islam maka wajar jika Gajah Mada pada awalnya seperti bangsawan yang dibuang. Dan wajar jika dia diprotes oleh Ra Kembar, Ra Banyak Jabung Tarewes, dan Lembu Peteng ketika Gajah Mada mendapat jabatan Sebagai Mahapatih.

Masalah prasasti Singasari 1351 Mpu Mada atau Gajah Mada yang membangun caitiyah untuk menghormati orang tuanya, menjadi logis, karena islam menyuruh berbakti kepada orang tuanya, walupun agama orang tuanya berbeda,Itulah yang dijelaskan dalam kitab Negara Kertagama tentang Bhineka tunggal Ika atau berbeda tetap satu, Paling tidak ada 3 agama yang resmi diakui jaman Majapahit yaitu Budha yang dianut oleh Ibu Suri, Hindu yang dianut oleh Hayam Wuruk dan Islam yang dianut Gajah Mada.

Karena keturunan Kertanegara dari selir bermama Andong Sari yang beragama islam,sehingga diusir dari Istana. Gajah Mada belajar agama Islam serta ilmu lainya dari Wali Songo yaitu Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik.

Itulah yang menjelaskan mengapa uang Majapahit ada tulisan arab dan muhammad, Selain itu juga menjelaskan adanya gambar semar dan juga matahari lambang dewa Hindu.

Hal inilah kanapa ratu TRIBUANA WIJAYA TUNGGADEWI, mengangkat Gajah Mada sebagai Mahapatih, kalau dia seorang dari kasta sudra tidak mungkin bisa melesat karienya dari kopral menjadi jendral. Karena awalnya beragama islamlah yang menyebabkan dia memulai karir dari dasar.

Jadi kesimpulan tesis saya adalah Gajah Mada atau,Mpu Mada adalah anak bangsawan yang baragama Islam. [*]

**Tulisan ini pernah saya buat, sebagai tugas Mata Kuliah Sejarah Indonesia Kuno Di IKIP Jakarta 1989.

BACA JUGA INI:   TRIK SUKSES Menyerahkan Judul Proposal Skripsi Psikologi Kepada Dosen Pembimbing Kuliah