PLN Mengucapkan selamat idul fitri 2025
OPINI  

Soal Pembatasan Jabatan, Jangan Sampai Tiga Kali

1A6B063B 0C19 49BE 8D25 39EE5F422CB2

Jangan Sampai Tiga Kali

Catatan Hendry Ch Bangun

Ada suatu masa ketika menjalankan tugas ke luar kotauntuk urusan Persatuan Wartawan Indonesia, malamhari kami semua berkumpul untuk meringankan bebanpikiran. Lalu ketika  di rumah makan atau ruangpertemuan ada musik hidup, satu persatu dimintabernyanyi. Siapapun wajib bernyanyi. Bahkan kononada pameo, seorang calon pemimpin di PWI harusberani buka suara di depan rekan-rekannya. Kalaumenyanyi depan teman saja saja tidak berani, bagaimana dia menghadapi khalayak, kira-kira begitupembenarannya. Semacam tes mental.

Di era Tarman Azzam almarhum, lagu yang paling banyak dinyanyikan adalah Surga Di Telapak Kaki Ibugubahan Said Effendi yang popularitasnya tembussampai ke Semenanjung Malaysia. Liriknya tentangbagaimana jasa seorang ibu mengandung, melahirkan, membesarkan, anaknya dengan penuh kasih sayang, sehingga seumur hidupnya seorang tidak mampumembalas jasa ibunya dan oleh karena itu sebesarapapun baktinya surga itu hanyalah sampai di telapakkaki ibu.

Lagu hits lainnya yang kerap dipilih, Jangan Ada Dusta di Antara Kita, yang disenandungkan BroeryPesolima bersama Dewi Yul. Konon lagu itu jugabanyak dinyanyikan di acara pisah sambut para pejabatnegara, sipil atau militer. Liriknya memang menarik, tentang dua orang yang pernah punya masa lalu daningin menjalin hubungan baru dengan kekasih barunya. Keduanya menyatakan ya itulah kenyataannya, kalaumau jadi ya ayolah, yang penting setelah bersamajangan lagi ada kebohongan di rumah tangga.

Tapi lebih dari makna intrinsik lagu, sebenarnyamengapa lagu ini dinyanyikan acara rekan sejawatadalah seperti menggambarkan prinsip kolegialisme, kebersamaan korps. Kalau sudah menjadi keluargabesar, tidak boleh ada dusta, kebohongan, sampaikansaja apa adanya untuk dibicarakan. Singkirkan semuaperbedaan, mari jalin kebersamaan.

Nah, lagu favorit berikutnya adalah Jangan SampaiTiga Kali yang dipopulerkan oleh tiga penyanyi dariMedan, Trio Ambisi. Meskipun penampilan seadanya, tiga orang ini berhasil menyajikan kombinasi suaraapik dan enak didengar. Isinya bercerita tentangbagaimana seorang pemuda masih memberikesempatan kepada kekasihnya yang melakukanperselingkuhan untuk kembali kepadanya. Meskipunsakit hati, dia masih mau memaafkan. Tapi pesannyajelas, “jangan sampai tiga kali. Mungkin karena sudahterpergok dua kali. Sebab sejatinya tidak ada orang yang memberi maaf untuk urusan kesetiaan itu, kecualiorang itu luar biasa sabarnya. Sekali salah saja pastisudah diputuskan hubungan, atau digugat cerai kalausudah terlanjur naik ke jenjang perkawinan. ***

BACA JUGA INI:   Mengoreksi Diri Umat Islam Dalam Menjalankan Ajarannya

Soal tiga kali ini tidak hanya soal kesetiaan yang dinyanyikan dalam lagu. Di banyak urusan khususnyakekuasaan, tiga kali ini sering menjadi patokan ataubatas, yang kurang jelas dasar alasannya. Di zaman Orde Lama dan Orde Baru, masa jabatan presiden tidakdibatasi sehingga Soekarno dan Soeharto menjabatberkali-kali. Tetapi ketika kemudian Orba tumbang danIndonesia masuk ke masa reformasi, limitasi masa jabatan dianggap perlu karena dampak negatifkekuasaan yang tidak dibatasi.

Pepatah power tends to corrupt yang dengan telanjangditunjukkan Soeharto di 20 tahun terakhirkepemimpinnya, dikoreksi antara lain dengan caramenentukan batas masa jabatan. Presiden, Gubernur, Bupati, hanya dapat memimpin paling banyak dua kali. Begitu pula dengan jabatan publik lainnya, yang mekanismenya melalui pemilihan. Sampai-sampaipengurus lembaga semi pemerintah pun ikut dibatasiseperti Dewan Pers, Komisi Penyiaran Indonesia, Komnas HAM, Dewan Pengawas TVRI danseterusnya. Organisasi massa pun ikut menyesuaikandiri dengan semangat reformasi.

Yang tidak dibatasi ya hanya masa pengadian anggotaparlemen. Sejauh masih ditunjuk partainya seseorangbisa menjadi anggota Dewan Perwakilian Rakyat entahdi pusat atau daerah, seumur hidup. Bisa jadi berhentihanya karena mati atau sakit permanen. Tak bedadengan partai politik, tidak ada pembatas. Mungkindianggap ranah privat, jadi ya terserah kemauananggota partai kalau terus menerus dipimpin orang yang sama.

Termasuk yang memiliki semangat reformasi ituPersatuan Wartawan Indonesia, yang membatasi masa jabatan Ketua Umum atau Ketua Provinsi sebanyakdua kali. Meskipun di Peraturan Dasar dan PeraturanRumah Tangga susunan kalimatnyadua kali berturut-turutmereka yang membahas dan akhirnyamerumuskan ayat ini, semangat, perasaan, dan pikiranHANYA dua kali. Tidak terpikirkan ada yang ingin memimpin organisasi profesi ini lebih dari dua kali.

BACA JUGA INI:   Tidak Ada Dualisme PWI, Sukses HPN Kalsel, Sukses Ketua Umum PWI Pusat Hendry Ch Bangun, Oleh Firdaus Komar, Direktur LUKW PWI Pusat

Alasannya sederhana, mengelola lembaga yang beranggotakan belasan ribu orang, atau saturan orang di tingkat provinsi, bukan hal muda apalagi anggaranhanya bisa ada kalau diusahakan melalui kerjasamaatau bantuan. Uang tidak ada, masalah segudang, anggotanya semua orang yang pintar, independen danbersikap merdeka seperti seniman, maka menjadi ketuamemiliki tantangan yang sangat besar. Tidak hanyapikiran dan tenaga, materi pun kadang harusdikorbankan agar organisasi dapat berjalan baik.

Kalau ternyata ada yang ingin lebih dua kali, ini tentuluar biasa dan menarik untuk dikaji. Apakah privilegenya begitu tinggi sehingga berani berkutat denganpersoalan-persoalan yang menguras tenaga danpikiran? ***

Tentu ada suatu masa dimana di daerah ada orang yang “dipaksamenjadi Ketua PWI Provinsi lebih dari duakali. Itu adalah zaman di mana anggota PWI masihsedikit, sehingga banyak yang berpikiran, karenaseseorang dianggap cakap dan dapat memimpin, diadiminta teman-temannya untuk memimpin kembalisetelah sempat berhenti. Ini terjadi di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah.

Tidak ada yang salah dengan masa lalu, tetapi tentusalah kalau kondisi masa lalu itu diterapkan lagisementara zaman sudah berubah. Anggota PWI di tingkat provinsi tidak lagi sekadarbelasan orang” tapisudah ratusan, bahkan ada yang secara administratifanggotanya di atas 1000. Anggota pun juga tidak lagimayoritas wartawan media cetak atau penyiaran sepertidulu, bahkan mayoritas media baru seperti digital. Keberanjutan kepemimpinan menjadi penting selainsebagai proses regenerasi juga menunjukkanpemahanan bahwa perubahan kondisi dan tantanganpers dan media harus diantisipasi dengan menyerahkanestafet kepada orang baru pula.

Persatuan Wartawan Indonesia adalah organisasi yang tujuan utamanya untuk mengembangkan profesianggotanya agar adaptif terhadap kemajuan teknologikomunikasi dan media. Bagaimana agar anggota tidakterjebak dalam pola lama yang hanya mengandalkanpendapatan dari gaji atau tulisan, tetapi menjadikanpengetahuan dan ketrampilan profesinya untukmemperoleh pendapatan. Menjadi tuan atas dirinyasendiri, tetapi tetap dalam koridor etika, kode etikjurnalistik yang sudah mendarah daging dalam dirinya.

BACA JUGA INI:   Kesadaran Hukum Pers, Pendamping Wartawan Bekerja, Oleh Mohammad Nasir, Ketua Bidang Pendidikan PWI Pusat

Dengan demikian PWI yang dulu didirikan padapendahulu kita untuk tujuan mulia tidak bolehtersandera dalam jebakan kepentingan pribadi, menjadikannya alat ataupun sekadar batu loncatanuntuk hal lain. Apalagi dua organisasi yang lahirsebagai pemberontakan atas PWI yakni AJI dan IJTI menunjukkan konsistensi dalam menjadikananggotanya wartawan yang professional dan majudengan program kerja dan kegiatan inovatif. PWI tidakboleh kalah dan harus selalu berusaha lebih baik dariorganisasi sejenis sesuai eksistensi kesejarahan dankebesarannya. ***

Kembali ke awal tulisan ini, tradisi menyanyi danbergembira di sela-sela kepenatan mengurus organisasiharus dilanjutkan, sebab itu akan membantu dalamterciptanya kebersamaan dan semangat untuk maju. Dan kalah sudah merasakan senasib sependeritaan, apapun rintangan bakal diterabas, apapun tantanganakan ditaklukkan satu-persatu.

Tetapi kita harus tetap meyakini prinsip-prinsip dantata kelola organisasi yang baik, akuntabel, dan sesuaidengan semangat reformasi. Termasuk di antaranyaseperti judul lagu tadi, Tidak Ada Dusta di Antara Kita, dan Jangan Sampai Tiga Kali.

lion parcel