PALEMBANG-SUMSEL, ExtraNews – Rangkaian dari kegiatan pagelaran seni rupa bertajuk “Sukma Ekologis” Dalam Karya Iqbal J Permana dan Fir Azwar di Auditorium RRI Palembang, Kamis (10/11/2022) kemarin , Sabtu (12/11/2022) pagi digelar diskusi mengenai Tari Sondok Piyogo dan Tari Gending Sriwijaya di Auditorium RRI Palembang.
Dengan narasumber budayawan Sumsel Vebri Al Lintani dengan moderator sejarawan Sumsel yang juga dosen Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Dedi Irwanto MA.
Acara dihadiri diantaranya seniman Sumsel Iqbal J Permana dan Fir Azwar, Isnayanti Syafrida , siswa dan siswi SMAN 6 Palembang dan SMAN lainnya di Palembang , Kerabat Kesultanan Palembang Darussalam, masyarakat umum dan mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti program pertukaran mahasiswa modul nusantara yang berasal dari universitas seluruh Indonesia melakukan tugas studi di Universitas Sriwijaya (Unsri), Putra Putri Kesultanan Palembang Darussalam.
Dalam kesempatan tersebut , peserta yang hadir termasuk mahasiswa dan mahasiswi yang mengikuti program pertukaran mahasiswa modul nusantara yang berasal dari universitas seluruh Indonesia melakukan tugas studi di Universitas Sriwijaya (Unsri) sempat mempraktekkan langsung cara menari tari Sondok Piyogo dan Gending Sriwijaya tersebut.
Menurut Vebri Al Lintani Tari Sondok Piyogo merupakan tari sambut Kesultanan Palembang Darussalam .Tarian ini dibawakan oleh 6 penari yang semuanya laki-laki yang melambangkan Rukun Iman, sedangkan secara filosofi artinya “adat dipangku syariat dijunjung” (Sondok Piyogo).
Menurutnya, maknanya dimanapun orang Palembang berada wajib menjalankan syariat agama dan menjunjung adat Palembang.
Selain itu alasan penarinya diwajibkan harus laki-laki bukan perempuan, karena perempuan tidak boleh menunjukkan auratnya (walau dalam busana) dengan ditonton oleh banyak orang.
Sedangkan alat musik hanya 2 buah yaitu terbangan dan Bonang atau Gong. Kostumnya dengan warna yang bercirikan Palembang Darussalam.
“Persepsi kita bahwa Kesultanan Palembang Darussalam ini pada masa lalu tabu kalau perempuan yang menari, sehingga kita buat laki-laki semua yang menari sebagai cerminan kita ini memegang ajaran Islam,” jelasnya.
Untuk itulah menurutnya gerakan tari Sambut Sondok Piyogo merupakan gerakan dari berwudhu, gerakan keseharian dan gerakan berpencak atau bertanggem.
Menurutnya tari sambut Sondok Piyogo diambil dari saripati nilai-nilai Kesultanan Palembang Darussalam.
Dalam tarian ini menurutnya, ada rentakan Syarofal Anam, terbangan yang biasa diarak di Palembang ada zikir, syair, shalawat, syair yang dibacakan dalam bahasa Palembang halus.
” Jadi tari sambut Kesultanan Palembang Darussalam ini kami beri judul Sondok Piyogo . Sondok Piyogo itu adalah tata krama yang jadi pedoman dengan semboyan, adat dipangku, syariat di junjung. Kalau tadi ada gerakan keatas , dijunjung maksudnya,” katanya.