PERTENGAHAN September 2024, berkesempatan mengunjungi obyek wisata Danau Ranau, Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, Sumsel. Program bersama Forum Jurnalis Migas (FJM) Sumsel, di lokasi wisata Danau Ranau. Digelarlah media gathering tahun 2024.
SEBANYAK 80 wartawan dari Sumsel difasilitasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Sumbagsel dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menggelar media gathering di Danau Ranau.
Mungkin jika membuat daftar pilihan untuk pergi sendiri dengan keluarga, belum menjadi pilihan ke Danau Ranau. Mungkin banyak faktor penyebabnya. Selain fasilitas yang minim, dan lokasi yang hampir 8-9 jam perjalanan dengan kendaraan mobil dari Palembang. Cukup jauh dan melelahkan.
Danau Ranau terletak diperbatasan antara Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Lampung. Tepatnya diperbatasan antara Kabupaten OKU Selatan dan Kabupaten Lampung Barat. Danau Ranau merupakan danau terbesar kedua di Sumatera, setelah Danau Toba. Danau Ranau merupakan danau tektonik/danau vulkanik. Aliran utama danau berasal dari Sungai Warkuk dan aliran keluar menuju Sungai Selabung, yang merupakan salah satu anak Sungai Komering.
Dari, aliran sungai ini lah sumber utama untuk mengairi Daerah Irigasi Komering yang terletak di Kabupaten OKU Timur Provinsi Sumatera Selatan dan Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Luas permukaan danau 125,9 km2 dengan ke dalaman rata-rata 174 m serta kedalaman maksimum 229 m. Volume air yang ada sekitar 21,95 km3, letaknya 540 m di atas permukaan laut.
Saya pun telah mengalokasikan waktu untuk ikut rombongan dalam media gathering ini. Tujuannya, tidak lain adalah memperkuat silaturahim dengan wartawan di Sumsel dan terus membuka jejaring dengan SKK Migas Sumbagsel dan KKKS.
Benar saja. Kedatangan rombongan dengan mengandarai dua unit bus dari Palembang, tiba di lokasi Danau Ranau disambut oleh Kepala Departemen Formalitas dan Komunikasi SKK Migas Sumbagsel, Syafei Syafri. Tidak lain Syafei adalah putra daerah Danau Ranau, memiliki kepedulian dari rasa keprihatinan atas kurang majunya potensi wisata Danau Ranau.
Syafei berharap dengan menggelar Gathering Media di lokasi Danau Ranau akan memberikan ruang kepada para wartawan untuk menyampaikan pesan kepada dunia. Tolong informasikan, di Sumsel terdapat wisata yang tidak kalah menarik. Niat Syafei bagaimana wong Sumsel sendiri dapat memanfaatlkan potensi wisata di Danau Ranau. Jangan sampai setiap akhir pekan justru kendaraan pelat BG memunhi tempat wisata di Provinsi Lampung.
Saya juga bukan baru pertama mengunjungi lokasi wisata ini, memang dari Palembang terasa cukup jauh. Dengan jarka tempuh yang hampir 8 jam, bandingkan jika ke pantai di Lampung dengan waktu empat jam sudah di lokasi wisata.
Tentu saja pemda setempat perlu melakukan inovasi, sehingga di Danau Ranau memiliki keunggulan. Keunggulan tidak diciptakan, dipastikan akan ketinggalan. Bupati OKU Selatan Popo Ali Martopo, B.Com, yang hadir di sela-sela acara gathering media mengatakan, berniat mengintegrasikan obyek wisata Danau Ranau dengan Lampung Barat dan Krui di Provinsi Lampung. Karena dari kabupaten perbatasan hanya satu jam lagi, mengingat turis luar negeri telah mengenal daerah Krui dan Lampung Barat sebagai obyek wisata. Namun masalahnya, untuk menjadikan Danau Ranau yang memiliki keunggulan belum menjadi daya tarik bagi turis asing.
Mengapa orang belum tertarik ke Danau Ranau. Selain jarak yang harus dilalui jauh juga karena fasilitas minim. Bahkan jaringan listrik dari PLN masih byer pet, hidup mati. Belum lagi jaringan internet yang putus-putus. Itu beberapa kendala teknis, akibatnya belum bisa dikatakan melebihi obyek wisata lain.
Bagaimana pun kondisinya, selaku wong Sumsel sangat ingin menyaksikan Danau Ranau maju seperti yang diniatkan oleh Syafei dan pemerintah setempat. Upaya menggelat even-even nasional berupa festival Danau Ranau dan Grand Fondo, nyatanya belum mampu menarik wisatawan datang ke Danau Ranau. Sepanjang tahun 2018-2021 pengunjung Danau Ranau berjumlah 98.825 orang. Bandingkan jumlah wisatawan ke Danau Toba dalam satu tahun saja, 2022 sekitar 2 juta orang. Mungkin terlalu jauh membandingkan dengan Danau Toba. Mari sama-sama mencari solusi kaitan mengangkat obyek wisata Danau Ranau.
Di Danau Ranau tentu saja ikan panggang mujahir begitu lezatnya. Begitu juga rombongan wartawan disambut oleh Syafei dengan sajian makan ikan mujahir panggang. Luar biasa lezatnya. Ikan hasil tangkapan di Danau Ranau menjadi khas jika berkunjung ke Danau Ranau. Selain kopi sebagai minuman nikmat dan alpukat menjadi santapan yang juga enak. Kita sama-sama berharap membawa Danau Ranau, OKU Selatan, Sumsel menjadi destinasi yang masuk secara nasional dan internasional. firko