NGAWI-JATIM, ExtraNews – Guru honorer SD di Ngawi tinggal serumah dengan kambing. Guru ini yakni Sri Hartuti (42).
Sri merupakan guru kelas 4 di SDN Pandean IV, Kecamatan Karanganyar. Ia mengaku sudah tiga bulan tinggal di rumah yang sekaligus kandang kambing itu.
“Benar saya tinggal di rumah sekaligus buat kandang kambing,” jelas Sri saat dikonfirmasi detikcom, Sabtu (23/10/2021).
“Sebelumnya tinggal dengan ibu dan nenek saya di satu desa sini, dan baru tiga bulan menempati kandang kambing ini. Ada enam ekor kambing,” katanya.
Sri tinggal di rumah yang sekaligus kandang kambing itu bersama suami dan tiga anaknya. Sang suami yang bernama Andi Nugroho (42) bekerja serabutan.
Sri juga mengatakan, dirinya tinggal di sana karena ingin belajar mandiri. Tidak merepotkan nenek dan orang tua.
Guru honorer ini sudah memelihara kambing sejak masih SMA. Bahkan, ia mengaku sudah bisa membeli tanah hasil menjual kambing. Di tanah tersebut, kelak akan dibangun rumah yang layak.
“Pindah ke sini karena ingin mandiri saja. Alhamdulillah berkat memelihara kambing sejak SMA saya sekarang sudah bisa nyelengi beli tanah nanti buat dibangun,” jelasnya dikutip dari laman detikcom
Camat di Ngawi Ini Menangis Lihat Guru di Wilayahnya Tinggal bersama Kambing
Sementara itu, sebelumnya Camat Karanganyar, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Nur Yudhi M Arifin, megatakan awalnya bahkan menyangka rumah pengajar SD Pandean 4 itu adalah kandang kambing.
“Saya pertama melihat langsung tanya ke kepala dusun (Kasun), itu rumah apa seperti kandang kambing karena di depannya memang ada kambing,” ujar Nur Yudhi saat ditemui di rumah Sri Hartuti, Kamis (21/10/2021) dikutip dari laman kompascom.
Merasa gagal menjadi camat
Arifin menambahkan, meski sering berkeliling kampung, dia mengaku baru pertama kali menemukan rumah warganya yang sangat tidak layak huni.
“Saya keliling ke sini karena persentase vaksin di kampung sini hanya 14 persen,” imbuhnya.
Arifin mengaku akan berusaha semampunya membantu Sri Hartuti agar bisa hidup lebih layak.
Apalagi, Sri Hartuti adalah seorang guru yang keberadaannya sangat dibutuhkan.
“Saya merasa jadi camat gagal. Saya akan berusah membantu sebisanya,” ucap dia dengan mata berkaca-kaca.
Tinggal dengan kambing
Rumah Sri Hartuti yang berada di Dusun Suren Desa Pandean memang terlihat memprihatinkan.
Dinding dan pintunya terbuat dari anyaman bambu. Tampak celah-celah menganga di beberapa sisi sehingga angin pun masuk dengan mudah.
Bau tak sedap menyeruak. Penyebabnya, beberapa ekor kambing tinggal menyatu dengan rumah tersebut. “Mohon maaf baunya tak sedap dari kandang kambing,” katanya.
Di rumah berlantai tanah dengan lebar 2,5 x 6 meter itu, Sri Hartuti yang berprofesi sebagai guru tidak tetap, hidup bersama suami dan tiga anaknya.
Rumah keluarga itu juga menyatu dengan kandang kambing.
Sri Hartuti mendapatkan gaji Rp 350.000 per bulan sebagai guru tidak tetap. Sedangkan sang suami bekerja serabutan di kebun dengan penghasilan tak seberapa.
Kondisi itu membuat mereka tak mampu membangun rumah yang layak. Bahkan mereka masih berstatus menumpang. “Ini pun tanahnya numpang di Perhutani. Untuk memperbaiki, gaji kami tak cukup,” ucapnya.
Bersemangat mendidik anak-anak.
Meski hidup di tengah kekurangan, namun Sri Hartuti mengaku tetap semangat untuk mendidik anak-anak di desanya untuk tetap maju.
Sebab, banyak orang buta huruf di kampungnya.
Minimnya pendidikan di desanya juga membuat banyak anak putus sekolah. “Pada awal mengajar di sini, anak kelas 4 SD banyak yang tidak bisa membaca. Saya ingin anak anak di sini pandai,” ujarnya.
Dari hasil pengabdiannya selama 17 tahun terakhir, kini anak-anak di desa tersebut mulai maju.
Ada yang meneruskan kuliah. Bahkan sejumlah siswanya telah berhasil menjadi pengusaha sukses hingga anggota polisi.
“Meski keadaan saya begini, saya bangga kalau ada anak didik saya yang tahu lewat di sini menyapa saya. Anak didik saya sudah ada yang jadi polisi, pengusaha, dan banyak juga yang kuliah,” ujarnya terharu. [red**]