PALEMBANG, ExtraNews – Rabu besok (2/7/2025) 100 siswa dari berbagai SMA sederajat di Sumsel akan segera mengikuti program retret pelajar yang diinisiasi Gubernur Sumsel Dr H. Hernan Deru. Kepastian ini disampaikan langsung oleh Sekda Sumsel, Edward Candra, Minggu (29/6).
“Insyaallah Rabu tanggal 2 Juli nanti retret dimulai untuk tahap awal akan diikuti 100 siswa. Persiapan di Bumi Perkemahan Gandus sudah kita tinjau kemarin dan sudah siap secara fisik. Kemudian perlengkapan-perlengkapan untuk siswa yang mengikuti itu juga sudah kita persiapkan. Para pelatihnya juga sudah siap semua,” ujarnya.
Edward mengatakan retret ini merupakan komitmen Herman Deru dan Cik Ujang membangun karakter generasi muda sebagai bagian dari pembangunan SDM Sumsel. Pendekatan ini menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai fondasi peradaban.
“Gubernur dan wakil gubernur mendukung penuh pendekatan humanis dan edukatif ini sebagai alternatif solutif dalam menekan kenakalan remaja. Keduanya ingin mencetak pemuda-pemudi Sumsel yang tangguh, berintegritas, dan siap menjadi pemimpin masa depan,” katanya.
Lebih jauh Edward mengatakan program ini dibuat dilatarbelakangi oleh meningkatnya fenomena kenakalan remaja, seperti bullying, tawuran, penyalahgunaan narkoba, dan geng motor. Hal ini memerlukan penanganan strategis dan sistematis.
Dia menyebut, Gubernur Herman Deru melihat perlunya pendekatan yang tidak sekadar represif, melainkan pembinaan karakter menyeluruh dan menyentuh akar masalah yaitu mentalitas, nilai hidup, dan arah masa depan remaja.
“Dalam retret nanti akan ada pembinaan bidang kepanduan, kepramukaan, dan sebagainya. Siswa-siswa yang perlu perlakuan khusus akan diberi pembinaan. Dan .ereka yang ikut ini harus dapat izin orang tua siswa,” katanya.
Program retret ini tak hanya menyasar siswa yang terindikasi menyimpang dan melakukan kenakalan remaja (alur kuratif) saja, tapi juga mereka yang berprestasi (alur preventif).
Pendekatan preventif ditujukan untuk siswa-siswa berprestasi agar tidak terjerumus ke perilaku menyimpang. Melalui pembinaan karakter sejak dini, mereka diperkuat secara moral dan mental untuk tetap berada di jalur positif.
Sementara kuratif ditujukan bagi siswa yang telah terindikasi melakukan kenakalan remaja. Pendekatan ini menjadi sarana rehabilitasi yang tidak menghakimi, namun membina dengan empati dan struktur yang jelas.
Keduanya akan diperlakukan setara, karena tujuan utamanya adalah menjadikan semua peserta pribadi yang kuat, tangguh, dan berakhlak mulia, tanpa stigma.
Menurutnya program ini akan melibatkan lintas sektor, antara lain dinas pendidikan, dinas sosial, biro kesra, kepolisian, TNI, psikolog pendidikan, tokoh agama, kepala sekolah, guru BK, serta relawan karakter dan fasilitator pelatihan.
Edward juga memastikan program ini tidak sama dengan di Jawa Barat. Meski serupa dalam semangat membina karakter, retret Laskar Satria Pandu memiliki kekhasan berupa dua pendekatan terpadu (preventif dan kuratif) yang dijalankan bersamaan.
Program ini juga bersifat inklusif, menyasar seluruh kabupaten/kota, tidak hanya zona tertentu. Di samping itu, retret ini lahir dari inisiatif Gubernur Sumsel, sebagai wujud perhatian serius terhadap krisis moral remaja.
“Siswa ini tidak kita bawa me barak, kalau di Sumsel mereka masuk Bumi Perkemahan Gandus,” katanya.
Program ini rencananya akan digelar berkelanjutan. Tak hanya dilakukan pada angkatan I tahun ini saja. Program ini jadi langkah awal menghadapi bonus demografi 2030-2040. Dan mereka yang sudah menjalani retret ini nantinya akan menjadi Laskar Satria Pandu. (rel)