SEJAK lama saya berkeinginan ziarah ke makam Sultan Mahmud Badaruddin 2. Beliau dimakamkan di Ternate, saat diasingkan oleh Belanda di pulau tersebut.
Niat dan keinginan itu terwujud, setelah mendapatkan kesempatan ke Maluku Utara (Malut). Kunjungan selama beberapa hari, Jumat-Minggu (28-30 Juni 2024) ke Ternate inilah salah satu agendanya adalah untuk berziarah ke makam sultan kebanggaan wong Palembang yang saat ini sudah diangkat menjadi pahlawan nasional.
Tidak sulit untuk mendatangi lokasi pemakaman SMB 2, karena berada di Komplek pemakaman muslim di tengah kota Ternate. Hanya saja lokasi pemakaman Sultan dibuat satu bangunan yang berada satu Komplek dengan keluarga dan pengikutnya.
Dalam ziarah juga mengirimkan Alfatihah buat sang Sultan yang menjadi simbol perlawanan terhadap penjajah yang datang ke Palembang.
Nilai-nilai perjuangan dari seorang Sultan Mahmud Badaruddin inilah seorang yang pemberani dan tidak mau diadu domba oleh penjajah. Bahkan beberapa kali memimpin perang melawan kolonialisme.
Sultan juga beberapa kali menjadi pemimpin pertempuran dalam melawan Inggris dan Belanda, salah satu yang paling terkenal adalah Perang Menteng.
Namun sayangnya, pada tanggal 14 Juli 1821, Belanda berhasil menguasai Palembang. Sehingga, Sultan Mahmud Badaruddin II dan keluarga ditangkap dan diasingkan ke Ternate.
Selain berziarah ke makam Sultan Mahmud Badaruddin 2, sayang kesempatan yang langkah berada di Pulau Ternate tidak menikmati obyek wisata yang masih alami.
Pulau Ternate yang dikenal dengan kota rempah-rempah tidak melewatkan datang ke Danau Tolire. Danau yang luar biasa menakjubkan ini
Danau Tolire terlihat sangat indah mempesona. Air danau yang begitu tenang dan terlihat hijau seakan-akan menyatu dengan hutan perbukitan yang membelah danau tersebut. Ketika berada di ketinggian daratan danau Tolire, rasanya ingin menyentuh dan berenang dalam air danau.
IMG_7649
Hamparan Danau seluas 5 hektar dengan kedalaman mencapai 50 meter memang menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Tidak hanya itu, bila sore menjelang, baik Danau Tolire Besar maupun kecil akan menjadi tempat sempurna menikmati matahari terbenam dengan latar lautan biru nan indah.
Sambil menikmati keindahan alam yang luar biasa, di sekitar danau terdapat warung warung yang menjual kelapa muda dan goreng-gorengan.
Di balik keindahan dan pesona danau ini, terdapat cerita yang menjadi legenda yang berkembang saat ini.
Asri Fabanyong, Ketua PWI Malut, menceritakan beberapa kejadian di danau itu seekor buaya putih yang memakan korban. Hal ini tidak terlepas dari kisah terbentuknya Danau Tolire.
Kisah tragis dari perbuatan yang tercelah adalah buah dari munculnya danau itu. Dari cerita mistis yang terjadi rakyat Ternate inilah hingga kini masih dipercaya ada buaya putih penghuni dalam danau. Uniknya, tempat-tempat yang menjadi bagian dari cerita ini masih dapat kita lihat wujudnya.
Diceritakan, ada seorang ayah yang berhubungan intim dengan putrinya sendiri hingga hamil. Padahal ayah itu adalah seorang pemimpin di desa yang terletak di kaki Gunung Gamalama. Konon ceritanya, sebagai pemimpin sangat dihormati oleh warganya.
Atas perbuatan sang ayah yang memalukan itu diketahui warga, tak ada ampun lagi, mereka ayah dan putrinya diusir dari kampung itu.
Dalam kondisi sangat malu, sang Ayah dan putrinya pun pergi dari desa tempat mereka tinggal. Namun belum sempat mereka pergi, sebuah gempa bumi dahsyat pun terjadi melanda desa tersebut.
Beberapa warga percaya bahwa gempa itu merupakan hukuman karena perbuatan maksiat antara Ayah dan putrinya tersebut. Desa itu pun terguncang dengan tanah yang retak, muncul air dan menenggelamkan seluruh desa beserta penduduknya ke dalam bumi. Akhirnya desa tersebut pun menjadi sebuah Danau raksasa yang dikenal sebagai Danau Tolire besar.
Peristiwa itu tidak berhenti sampai disini, sang Putri yang mengetahui datangnya bencana pun sempat melarikan diri hingga ke tepian pesisir laut. Namun, kutukan gempa tersebut tetap terjadi dan melanda tanah tempat putri tersebut berpijak.
Musibah yang terjadi di desa mereka pun kembali terjadi dan menciptakan danau lainnya yang lebih kecil dan dikenal sebagai Danau Tolire kecil.
Hingga saat ini, masyarakat Ternate masih mempercayai kisah Legenda ini dan menganggap Danau Tolire Besar sebagai simbol dari sang Ayah terkutuk dan Danau Tolire Kecil sebagai simbol keberadaan Putri sang Ayah tersebut.
Sang ayah dan putri dikutuk menjadi buaya putih sebagai penjaga danau.
Legenda ini, menurut Asri sudah banyak yang membuktikan melihat sosok buaya putih muncul ke permukaan danau.
Terkait kutukan ini, warga setempat juga percaya bahwa tidak ada satupun orang yang mampu melemparkan batu hingga ke tengah danau. Saya pun mencoba melempar batu kerikil ke tengah danau, tapi anehnya batu tersebut kembali ke pinggir danau.
Bahkan, para penjual makanan yang ada di dalam kompleks obyek wisata Danau Tolire dapat menjual batu-batu kerikil untuk membuktikan bahwa tidak ada satupun yang dapat melempar batu hingga ke tengah danau.
Anehnya, hingga kini memang tidak ada satupun orang yang mampu melempar batu hingga ke tengah danau. Biasanya, sejauh apapun lemparannya, lemparan itu hanya akan berakhir di pinggir danau, atau kembali ke tebing tempat berpijak. Firko