PLN Mengucapkan selamat idul fitri 2025

Berani Terima Anak Disabilitas, SDN 30 Palembang Jadi Pilihan

Tanpa Judul 1 scaled
Ketua Juri Kompetisi pelayanan publik Dr HM Thamrin dari Unsri mengunjungi SFN 30 Palembang, beberapa waktu lalu.

 

PALEMBANG, ExtraNews – ALDY, bukan nama sebenarnya. Warga Kota Palembang ini, setelah menyadari jika anaknya terlahir memiliki terlambat dalam perkembangannya. Aldy dan istri memutuskan untuk melakukan terapi dan berbagai pengobatan. Saat anaknya masuk usia sekolah, Aldy juga kebingungan. Dengan bermodalkan referensi bacaan dan cerita dari orantua yang memiliki anak berkebutuhan khusus,awalnya Aldy memasukkan anaknya sekolah di salah sekolah luar biasa di Palembang. Namun sayangnya anak Aldy yang memiliki kebutuhan khsuus ini tidak bisa berkembang alias tidak ada progressnya. “Akhirnya saya memasukkan di sekolah di salah satu di RS di Palembang, lagi-lagi Aldy putus asa, karena kembali anaknya tidak bisa dikatakan ada kemajuan.

Akhirnya dari cerita komunitas orangtua ini juga, alhirnya Aldy mencoba memasukkan anaknya mengikuti pendidikan di sekolah umum di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 30 di kawasan Tangga Buntung, Ilir Barat, Palembang. Di sekolah inilah, Aldy mulai merasakan perkembangan anaknya.Karena ada satu hal yang dilakukan anak berkebutuhan khusus yaitu sikap meniru.

Saat ini SDN 30 Palembang, masuk nominasi sebagai kompetisi pelayanan publik tingkat Pemko Palembang. Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Palembang, Siti Emma Sumiatul, S.Sos, M.Si, Dari cerita Aldy, saat extranews kunjungan ke sekolah tersebut, menurut Emma Sumiatul, konsep oendidiakn inklusi adalah bentuk konsep menjawab pseroalan ABK yang masih tinggi. Anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia hingga tahun 2017 mencapai 1,6 juta jiwa (BPS), namun hampir 70% atau sekitar 1,1 juta dari mereka tidak memperoleh pendidikan, baru 30% atau sekitar 480 ribu ABK telah memperoleh Pendidikan.

Menurut Emma, rendahnya jumlah ABK yang memperoleh Pendidikan, disebabkan faktor-faktor berikut; kurangnya infrastruktur sekolah yang memadai, kurangnya tenaga pengajar khusus, dan stigma masyarakat terhadap ABK.

BACA JUGA INI:   Bukit Asam (PTBA) Komitmen Perkuat Kontribusi Pekerja Perempuan

Di Provinsi Sumatera Selatan Jumlah ABK mencapai 27.831 orang, 1.103 ABK diantaranya berada di Kota Palembang. Seiring permasalahan tersebut tahun 2013 Dinas Pendidikan Kota Palembang telah menginisiasi Inovasi BERKAS (Berkarya Dengan Keterbatasan Tanpa Batas, Penuhi Hak Pendidikan Anak Disabilitas) Melalui Sekolah Inklusif SD Negeri 30 Palembang. SD Negeri 30 Palembang sudah menampung sekitar 315 ABK, hampir 70% (220 anak) merupakan siswa pindahan dari Sekolah Luar Biasa.

Hal ini terjadi selain karena faktor ekonomi, berdasarkan hasil penelitian, pengamatan dan rekomendasi dokter proses belajar ABK lebih efektif dan berdampak positif terhadap tumbuh kembangnya jika dilakukan secara inklusi. Banyak capaian yang diperoleh, antara lain; 100% ABK yang lulus dari SDN 30 Palembang melanjutkan ke SMP, adanya beberapa prestasi ABK, seperti; hapal Al-Qur’an 3 jus, menang lomba story telling tingkat nasional, ABK sudah membaur dengan anak lainnya dan muncul rasa empati dan saling peduli dari sesama.

 

Inovasi ini sejalan dengan target SDGs tahun 2030, yaitu memastikan akses yang setara terhadap semua tingkatan pendidikan bagi mereka yang rentan, termasuk disabilitas, serta membangun dan meningkatkan mutu fasilitas pendidikan yang sensitif terhadap disabilitas. Inovasi ini telah berdampak pada; kesempatan ABK dari keluarga tidak mampu untuk bersekolah; Keluarga ABK menjadi lebih terbuka; Siswa berempati dan tidak mendiskriminasi ABK; Sebanyak 88 ABK telah menamatkan Pendidikannya; Tumbuh kembang ABK lebih cepat dibandingkan mereka di SLB; Meningkatnya Angka Partisipasi Murni (APM) pada tingkat SD/MI, dari 95,52 tahun 2013 menjadi 97,65 Tahun 2020.

BACA JUGA INI:   Wakil Ketua DPRD : TMMD Bojonegoro Wujud Nyata Sinergitas TNI Dan Masyarakat

 

Menurut Emma yang didampingi oleh Kepsek SDN 30 Palembang, Sukmaesi S.Pd, MSi, menjelaskan, terobosan layanan Pendidikan yang memberikan kesempatan seluruh ABK untuk memperoleh hak Pendidikan. Hal ini sejalan dengan target SDGs tahun 2030, yaitu menghilangkan disparitas gender dalam pendidikan dan memastikan akses yang setara terhadap semua tingkatan pendidikan bagi mereka yang rentan, termasuk yang memiliki disabilitas, serta membangun dan meningkatkan mutu fasilitas pendidikan yang sensitif terhadap disabilitas dan menyediakan lingkungan belajar yang aman, tanpa kekerasan, inklusif dan efektif bagi semua.

 

Sukmaesi juga menjelaskan, pada aspek tata kelola, inovasi ini mampu memberi kesempatan pada semua ABK untuk mengakses layanan Pendidikan gratis, ramah anak dan lingkungan yang terbuka dengan keragaman kondisi siswa. Melalui program Pendidikan inklusi yang lebih efektif, dengan membangun kolaborasi antara Dinas Pendidikan Kota Palembang dan stakeholders lainnya sebagai upaya mengembangkan layanan pendidikan berkualitas, efektif, berdaya guna, berhasil guna dan berdampak luas bagi ABK, keluarga dan masyarakat.

 

 

Adapun sistem belajar nya pun, dengan sistem belajar mengajarnya berpedoman pada kurikulum sekolah reguler namun bersifat adaptif bagi ABK tersebut. Pada aspek administrasi umum, inovasi ini mampu meningkatkan partisipasi belajar ABK dimana sebelumnya mereka ada yang tidak dapat bersekolah untuk memperoleh ijazah, saat ini mereka berkesempatan menamatkan pendidikan SD, SMP dan melanjutkan ke jenjang SMA. Sehingga mereka memperoleh ijazah pendidikan formal. Ijazah pendidikan formal yang diterima mempermudah mereka untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya atau digunakan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 terkait hak memperoleh pekerjaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau swasta tanpa diskriminasi. Pada aspek pelayanan publik, inovasi ini mampu mempermudah birokrasi dalam penyediaan akses layanan pendidikan inklusi, meminta dan mendorong ABK untuk dapat bersekolah, memberi pengertian bagi keluarga/orang tua yang terkadang masih menyembunyikan ABK.

BACA JUGA INI:   Ouch!! Former Australian Minister Warns of Possible War with China in Indo-Pacific

 

Pelayanan ke ABK ini juga terbukti  memiliki potensi dan/atau terbukti telah diterapkan dan diadaptasi karena itu inovasi ini sangat berpotensi untuk di adaptasi oleh daerah lain, mengingat sebaran ABK tersebut.

 

Pembelajaran yang dapat dipetik: – ABK tidak seburuk stigma di masyarakat, maka orang tua yang memiliki ABK tidak semestinya menyembunyikannya, ABK dapat dibimbing menjadi lebih baik, karena dibalik kekurangan/kelebihan ada potensi yang bisa diasah menjadi berprestasi. – Kolaborasi lintas sektor yang baik, sinergis dan komprehensif dapat membantu penyelenggaraan Pendidikan inklusif. – Penerimaan yang baik dari warga sekolah, membuat ABK merasa nyaman dan tidak merasa dibedakan dengan anak lainnya. Sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung secara optimal. – Inovasi ini mengajarkan bahwa pendidikan berkualitas harus hadir dalam kondisi apapun, dimana pun dan kapan pun karena hal tersebut adalah hak bagi setiap anak. fk

lion parcel