Muba maju Lebih Cepat
Minuman Alfaone
OPINI  

Indonesia Mendayung Keras diantara Polemik Israel-Iran, Oleh: Fathur Pramudya Putra, Peneliti International Politics Forum (IPF)

CC38F08D 49B5 46AC B175 1FF329473E08 scaled

Indonesia Mendayung Keras diantara Polemik Israel-Iran

Oleh: Fathur Pramudya Putra, 
Peneliti International Politics Forum (IPF)

Dinamika geopolitik global tidak pernah sepi dari gejolak yang menguji kemampuan diplomasi setiap negara. Setelah dunia melewati era persaingan strategis Amerika Serikat- Tiongkok yang mewarnai dekade terakhir, kini panggung internasional diwarnai oleh eskalasi ketegangan Israel-Iran yang semakin memanas. Di tengah polarisasi dunia yang semakin tajam, Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan manuver diplomatik yang patut diapresiasi.
Kepemimpinan Prabowo dalam merespons kompleksitas Israel-Iran tidak hanya mencerminkan kematangan diplomasi Indonesia, tetapi juga menunjukkan evolusi kebijakan luar negeri yang tetap berpegang pada prinsip bebas aktif namun dengan pendekatan yang lebih strategis dan pragmatis. Melalui serangkaian langkah diplomatik yang terukur, Indonesia berhasil memposisikan diri sebagai aktor yang relevan dalam upaya deeskalasi regional.
Usai AS-Tiongkok, Terbitlah Israel-Iran
Transisi dari rivalitas AS-Tiongkok menuju konfrontasi Israel-Iran menandai babak baru dalam arsitektur keamanan global. Jika rivalitas AS-Tiongkok lebih bersifat kompetisi ekonomi dan teknologi dengan nuansa ideologis, maka ketegangan Israel-Iran membawa dimensi yang lebih eksistensial dan langsung mengancam stabilitas regional Timur Tengah.
Presiden Prabowo Subianto menunjukkan kepekaan geopolitik yang luar biasa dengan prediksinya yang kemudian terbukti akurat. Pada 6 April 2025, 2 bulan sebelum eskalasi mencapai puncaknya, Prabowo telah memperingatkan potensi serangan Israel terhadap Iran yang dapat memicu respons dari Rusia. Dalam perkataannya yang kemudian viral, Prabowo menyebut situasi ini “sangat berbahaya” dan berpotensi memicu konflik yang lebih luas.
Visi strategis Prabowo ini tidak berhenti pada level prediksi, tetapi diterjemahkan dalam serangkaian kebijakan antisipatif. Prabowo memahami bahwa konflik Israel-Iran bukan sekadar persoalan regional, melainkan memiliki implikasi global yang dapat mempengaruhi ekonomi energi dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, sejak dini Prabowo telah menekankan pentingnya Indonesia mencapai swasembada energi sebagai antisipasi krisis yang mungkin terjadi.

BACA JUGA INI:   Utak-atik Etik, Catatan Hendry Ch Bangun, Ketua Umum PWI Pusat

Kebijakan antisipatif ini mencerminkan pemahaman mendalam Prabowo terhadap interconnectedness dalam sistem internasional kontemporer. Berbeda dengan pendekatan reaktif yang sering dilakukan pada masa lalu, Prabowo memilih strategi proaktif yang menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih siap menghadapi berbagai skenario eskalasi.
Dalam konteks ekonomi, Prabowo menyadari bahwa stabilitas Timur Tengah sangat krusial bagi kepentingan nasional Indonesia. Tidak hanya terkait dengan pasokan energi, tetapi juga perlindungan terhadap jutaan pekerja migran Indonesia yang tersebar di kawasan tersebut. Pendekatan holistik ini menunjukkan kematangan dalam memahami diplomasi sebagai instrumen yang tidak hanya melayani kepentingan politik, tetapi juga ekonomi dan kemanusiaan.
Indonesia diantara Dua Jurang Perang Fisik
Posisi Indonesia dalam ketegangan Israel-Iran dapat diibaratkan sebagai negara yang mendayung di antara dua jurang perang fisik yang mengancam. Di satu sisi, Indonesia harus mempertahankan solidaritas dengan dunia Islam dan dukungan terhadap Palestina yang telah menjadi konsensus nasional. Di sisi lain, Indonesia juga harus menjaga hubungan dengan berbagai aktor internasional dan tidak terjebak dalam polarisasi yang dapat merugikan kepentingan nasional.
Presiden Prabowo menunjukkan kecerdasan diplomatik dengan mengadopsi pendekatan yang seimbang namun tegas. Dalam berbagai forum internasional, Prabowo konsisten menyerukan Israel untuk mengakui kedaulatan negara Palestina, sebagaimana disampaikan dalam konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron. Posisi ini menegaskan komitmen Indonesia terhadap keadilan internasional dan hak-hak rakyat Palestina.
Namun, yang lebih menarik adalah bagaimana Prabowo menerjemahkan dukungan terhadap Palestina ke dalam strategi diplomatik yang lebih luas. Alih-alih terjebak dalam retorika yang emosional, Prabowo memilih pendekatan yang pragmatis dengan menekankan pentingnya deeskalasi dan dialog. Dalam pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Prabowo menyatakan harapannya agar semua pihak berusaha untuk deeskalasi dan menurunkan suhu ketegangan.
Pendekatan multilateral menjadi kunci dalam strategi Prabowo. Melalui berbagai forum internasional seperti ASEAN, OKI, dan PBB, Indonesia aktif mendorong penyelesaian damai dan dialog konstruktif. Menteri Luar Negeri Sugiono, atas arahan Prabowo, secara konsisten

BACA JUGA INI:   Ada Apa Dengan Dewan Pers (2) Catatan Hendry Ch Bangun

mengutuk serangan Israel terhadap Iran di forum Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sambil mendesak prioritas diplomasi.
Keberhasilan diplomasi Prabowo juga terlihat dari apresiasi yang diterima Indonesia dari berbagai pihak. Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, mengapresiasi solidaritas Indonesia dan bahkan mengundang Prabowo untuk berkunjung ke Iran. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel, Indonesia berhasil memposisikan diri sebagai aktor yang dihormati oleh semua pihak.
Dalam konteks ASEAN, Prabowo berhasil mensinergikan kepentingan regional dengan isu global. Dalam pertemuan dengan PM Singapura Lawrence Wong, Prabowo menegaskan keprihatinan mendalam kedua negara atas eskalasi konflik di Timur Tengah dan sepakat untuk mendorong solusi damai. Pendekatan ini menunjukkan kemampuan Prabowo dalam menggunakan platform regional untuk memperkuat posisi Indonesia dalam isu global.
Strategi soft power Indonesia juga semakin menguat di bawah kepemimpinan Prabowo. Melalui diplomasi kemanusiaan, Indonesia tidak hanya menyuarakan dukungan moral tetapi juga menawarkan solusi konkret. Instruksi Prabowo untuk menyelamatkan WNI yang berada di zona konflik menunjukkan bahwa diplomasi Indonesia tidak hanya bersifat deklaratif tetapi juga operasional.
Konsistensi Prabowo dalam menerapkan prinsip bebas aktif namun dengan interpretasi yang lebih dinamis perlu diapresiasi. Bebas aktif dalam era Prabowo tidak hanya berarti tidak memihak dalam konflik, tetapi juga aktif mencari solusi dan berkontribusi pada perdamaian dunia. Hal ini terlihat dari inisiatif Indonesia untuk terus mendorong dialog dan diplomasi meskipun situasi semakin memanas.
Pendekatan ekonomi-politik Prabowo juga layak diapresiasi. Dengan memahami bahwa stabilitas Timur Tengah berpengaruh langsung terhadap ekonomi Indonesia, Prabowo tidak hanya fokus pada aspek politik tetapi juga mempertimbangkan dampak ekonomi dari setiap kebijakan diplomasi. Strategi ini menunjukkan kedewasaan dalam memahami diplomasi sebagai instrumen yang harus melayani kepentingan nasional secara komprehensif. Diplomasi Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dalam merespons polemik Israel-Iran menunjukkan evolusi signifikan dalam pendekatan kebijakan luar negeri Indonesia. Melalui kombinasi visi strategis, pendekatan multilateral, dan komitmen terhadap prinsip bebas aktif yang dinamis, Prabowo berhasil memposisikan Indonesia sebagai aktor yang relevan dalam upaya deeskalasi regional.

BACA JUGA INI:   Penjelasan Yang Tidak Memperjelas

Keberhasilan ini tidak hanya terletak pada kemampuan memprediksi perkembangan geopolitik, tetapi juga pada kemampuan menerjemahkan prediksi tersebut ke dalam kebijakan yang konkret dan terukur. Dalam era di mana polarisasi dunia semakin tajam, kepemimpinan diplomatik Prabowo menunjukkan bahwa Indonesia mampu mempertahankan prinsip-prinsip dasar sambil tetap responsif terhadap dinamika global yang berubah cepat.@

lion parcel