PLN Mengucapkan selamat idul fitri 2025

Serasa Hadir Dalam Acara Pidato HR Rasuna Said

0022FD7A 55AA 40F4 9EB3 9DACB1B7A988

Serasa Hadir Dalam Acara

Pidato HR Rasuna Said

PADA saat yang bersamaan saya hadir di Kota Padang. Pada Minggu, 7 Juli 2024. Bertepatan dengan tahun baru Islam 1446 Hijriah. Saat itu seorang wartawan yang juga novelis dari Padang, Sumbar, Khairul Jasmi melaunching buku novel sejarah karyanya bersamaan dengan peresmian masjid Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi juga judul buku KJ.150B9993 2830 42AF B203 A8AAB2036238

Masjid yang megah dan ikonik kini resmi berganti nama menjadi Masjid Raya Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.

Peresmian nama masjid ini dilakukan pada hari Minggu (7/7) bertepatan dengan peringatan 1 Muharram 1446 H, dan dihadiri langsung oleh 58 orang keturunan Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi.

Saat KJ melaunching novel sejarah tentang sosok Syekh Ahmad, saya justru mendapat titipan buku karyanya juga dengan judul ‘HR Rasuna Said Singa Podium’.

Saya tidak tahu juga jika ada launching buku karyanya yang lain. Tetapi saya mendapat titipan hadiah buku yang diberi KJ, saat berada di Kota Padang.

BACA JUGA INI:   Banjir di Kalsel Ditetapkan Tanggap Darurat

Perjalanan pulang dari Padang ke Jakarta. Saya memanfaatkan waktu itu untuk membaca novel sejarah dalam buku yang bercover kecokelatan.

Sebelum masuk dalam poin per poin isi buku tersebut, saya menelaah dalam tulisan ketika proses mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber.

Dengan metode penulisan sejarah, dalam penulisan awal tergambarkan bahwa proses mengumpulkan data begitu dibutuhkan dukungan dan semangat. Proses berikutnya adalah mengklarifikasi dan mengklasifikasi data, dan proses menulis, editing serta penyajian data.

Saya membayangkan begitu luar biasa KJ memiliki komitmen di tengah kesibukannya sebagai wartawan dan juga profesional sebagai komisaris di PT Semen Padang.

Dalam penyajian penulisan sejarah dengan berpedoman pada periodisasi mungkin jadi kurang menarik untuk dibaca. Tapi penyajian isi buku dengan sastra justru pembaca jadi hanyut ke suasana  masa lampau.

Kembali dalam cerita tokoh sejarah yang ditulis KJ mengenai sejarah HR Rasuna Said.

BACA JUGA INI:   Ngaku Bujangan, Oknum Polisi Beristri "GENJOT" Wanita Cantik di Hotel, Modus Pura-pura Ajak Sweeping Aparat Nakal

Dari buku buku yang sudah terlebih dahulu menulis sosok HR Rasuna Said, tentu per periodedasi. Menggambarkan Rasuna Said lahir pada 14 September 1910 di Agam, Sumatera Barat.

Ayahnya bernama Haji Muhammad Said yang merupakan seorang pengusaha dan tokoh yang sangat dihormati.

Masa kecil Rasuna Said dihabiskan di tanah kelahirannya, Sumatera Barat. Di sana, ia menekuni pendidikan Al-Qur’an dan budaya Minang.

Ia menimba ilmu di Sekolah Dasar dan melanjutkan pendidikan ke Pesantren Ar-Rasyidiyah. Kala itu, Rasuna Said menjadi santri perempuan satu-satunya di pesantren tersebut. Setelah lulus, ia melanjutkan pendidikannya ke School Putri di Padang Panjang.

Rasuna Said wafat di Jakarta pada tanggal 2 November 1965. Jasadnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Lain halnya dengan KJ, tulisan dideskripsikan pada puncak ketika menyampaikan pidato dan sampai ditangkap Kolonial Belanda. Luar biasa Uda KJ menulis HR Rasuna Said, sang singa podium dari Sumbar. Apa kalimat pidato Ibu Rasuna yaitu “manusia dilahirkan bebas, masyarakatlah yang membuatnya menjadi budak, berdosa terhadap agama dan bangsa. Lebih baik meminta kematian kepada Allah SWT dari pada tidak mengabdi kepada bangsa…” Selamat Uda KJ, makasih banyak bukunya uda KJ. Khairul Jasmi. Firko

lion parcel