Palembang, Extranews —- Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak yang bakal digelar November mendatang tak akan jauh dari Pilkada sebelumnya. Praktik politik uang atau money politics masih akan membayangi pelaksanaan pesta demokrasi lima tahunan tersebut.
Hal ini diungkapkan tokoh masyarakat Sumsel yang juga Mantan Kabareskrim Polri, Komjen (Pol) Susno Duadji saat menjadi narasumber dalam acara diskusi Talk Sriwijaya Community (TSC) dengan Tema “Jelang Pilkada, Fenomena Politik dan Gagasan Urgen di Sumsel” di The Zuri Hotel Transmart, Sabtu (27/4).
“Pilkada tak akan jauh dari Pilkada lewat. Sogok-menyogok, suap-menyuap masih akan terjadi,” kata Susno.
Menurut Susno, aksi tersebut bisa saja terjadi dalam praktik pencarian dukungan dari partai politik. “Saya tidak mau berbicara lebih lanjut. Mungkin bisa saja ada,” ucapnya.
Namun, praktik money politic yang pasti terjadi adalah bagaimana meraih suara rakyat. Bahkan, nilainya akan semakin besar lagi. “Jual beli suara di tingkatan masyarakat itu pasti terjadi. Apakah nilainya makin rendah atau lebih besar, saya kira lebih besar lagi,” terangnya.
Dia mencontohkan, saat Pemilihan Legislatif (Pileg) lalu, semakin ke bawah tingkatan pemilihannya, biaya politiknya akan semakin mahal. “Seperti pemilihan DPRD Kabupaten/kota, nilainya lebih besar ketimbang Provinsi dan DPR RI. Hanya perkaliannya saja yang berbeda,” ucapnya.
Saat ini, kata Susno, bagaimana peran penyelenggara maupun aparat penegak hukum (APH) menegakkan aturan dan menindak pelaku. “Praktik money politic ini terlihat kasat mata pada Pemilu lalu. Tapi, apakah ada yang sudah ditindak. Penegakkan hukum ini yang dibutuhkan,” tandasnya.
Calon Kepala Daerah Harus Miliki Gagasan
Pakar Komunikasi Politik Universitas Bina Darma Palembang, Prof Isna Wijayani mengatakan calon kepala daerah harus memiliki gagasan dan networking (jaringan) yang luas untuk mendukung pembangunan di Sumatera Selatan.
Hal itu diungkapkannya saat menjadi narasumber dalam acara diskusi Talk Sriwijaya Community (TSC) dengan Tema “Jelang Pilkada, Fenomena Politik dan Gagasan Urgen di Sumsel” di The Zuri Hotel Transmart, Sabtu (27/4).
Menurut Isna yang saat ini calon figur pemimpin yang muncul lebih banyak mengedepankan personal branding namun terkadang abai dengan gagasan dan networking. Hal itulah yang perlu dirubah cara mindset calon kepala daerah yang akan maju memimpin Sumsel.
“Sumsel itu tentu sangat luas, sehingga calon figur yang diharapkan nanti perlu adanya gagasan untuk memajukan Sumsel. Untuk memajukan itu tentu seorang pemimpin harus punya networking yang luas kepada siapa saja,” katanya.
Untuk itulah, kata Isna seorang calon pemimpin perlu merubah mindset dalam membangun suatu daerah. Selain itu, seorang kepala daerah nantinya juga harus mampu mewujudkan cita-cita dan harapan orang yang dipimpinnya. Selain itu, pemimpin harus mampu melaksanakan program yang telah disusunnya dan bertanggung jawab pada rakyat dan orang-orang yang dipimpinnya.
“Meruba mindset yang dimaksud itu, seorang calon kepala daerah itu harus berpikir luas tidak boleh sebatas lokal atau mengdepankan daerah asalnya saja. Figur seperti itu harus mampu membangun Sumsel secara merata, jangan mentang-mentang berasal dari suatu kabupaten hanya daerah itu saja yang diperhatikan. Makanya mindset seperti itu harus dirubah,” jelasnya.
Disamping itu, akademisi yang menjabat Direktur Pasca Sarjana ini mengharapkan pemimpin Sumsel kedepan juga jago dalam melakukan negosiasi politik. Kemapuan itu menurutnya sangat diperlukan seorang kepala daerah dalam membangun dan mensejahterahkan rakyat yang dipimpinnya.
“Tentunya untuk mewujudkan gagasan dalam membangun daerah, seorang pemimpin itu juga harus jago dalam bernegoisasi. Bagaimana kemampuan negoisasi politik itu bisa mengembangkan potensi dari Sumsel sehingga menambah sektor pendapatan dan membuat rakyat sejahtera,” pungkasnya. Fir/Rel