Genap Berusia 21 Tahun, dibawa pimpinan Alpian, terus meningkatkan komitmen demi meningkatkan kesejahteraan warga Pagaralam.
PAGARALAM, Tepat tanggal 21 Juni 2022, Kota Pagaralam genap berusia 21 tahun. Di usia remaja yang meranjak dewasa ini Pemerintah Kota (Pemkot) Pagaralam pun tak kenal henti untuk terus berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, lewat beragam program skala prioritas yang berpihak kepada masyarakat.
Di mata Walikota Pagaralam, Alpian Maskoni SH sendiri, usia Kota Pagaralam ke-21 ini merupakan masa melanjutkan apa yang menjadi tujuan dari pendirian Kota Pagaralam. “Kalau di tahap awal berdirinya Kota Pagaralam itu kan lebih kepada bagaimana menanamkan fondasi-fondasinya, memasuki periode kedua sudah memulai untuk mengisinya,” kata Kak Pian awali bincang, kemarin.
Nah, memasuki periode yang sekarang, sebut Kak Pian, tahapannya sudah seharusnya untuk melanjutkan apa yang menjadi tujuan dari pendirian Kota Pagaralam itu sendiri. “Seluruh Kepala Daerah itu pasti targetnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tinggal lagi caranya yang berbeda-beda. Bila Pak Gubernur Sumsel, H Herman Deru yang ingin ke arah pembangunan infrastruktur,” ungkapnya.
Kalau untuk Pemkot Pagaralam, ujar Kak Pian, tentu saja peningkatan infrastruktur ini menjadi hal yang pertama, diawali oleh Pak Alm H Djazuli Kuris yang memimpin Pagaralam 2 periode, yang telah begitu kuat menanamkan fondasi-fondasi pembangunan di Pagaralam.
“Menurut saya, apa yang dilakukan beliau sangat sukses dan luar biasa sekali. Dan itu pun tak dapat dipungkiri lagi, mengingat dari 18 Kabupaten/Kota, tata Kotanya yang paling rapi itu ialah Kota Pagaralam, bangunannya yang paling bagus untuk perkantoran DPRD, Rumah Dinas dan Perkantoran Pemkot Pagaralam,” bebernya.
Dikatakan Kak Pian, inilah peninggalan-peninggalan beliau yang sangat luar biasa, karena beliau sukses dalam menata wilayah baru, tapi untuk menata wilayah Pasar. Ini hampir menjadi kendala setiap orang, mengingat Kota Pagaralam merupakan Kota Tua.
“Jadi untuk menata Kota Tua pun cukup susah, sementara kita tidak memiliki konsep untuk mempertahankan heritage terssbut, karena yang kita mau itu Kota modern. Tapi kalau kita ada Kota yang sudah ada yang kita buat Kota modern baru. Contohnya dibuat perkantoran, maka pengaturan Pasarnya tidak akan semerawut seperti sekarang,” jelasnya.
Pertanian, Harus Berani Mencoba
Ditambahkan Kak Pian, bicara peringatan HUT Kota Pagaralam tak lepas juga dari penggalian potensi yang terdapat di Kota Pagaralam. “Bagi saya, di Pagaralam ini ada dua konsep hal pokok. Yakni pertanian dan pariwisata. Karena yang paling utama di Pagaralam ini yang melibatkan orang banyak itu di pertanian,” sebutnya.
Kak Pian lantas menjabarkan, bahwa hampir 70% sayur mayur di Palembang itu berasal dari Kota Pagaralam. Dan inilah yang akan terus dipertahankan. “Soal pertanian ini terkadang kita tidak mau untuk mencoba. Semisal di kawasan Gunung Agung dan Bumi Agung pertanian sayur mayur, tapi coba di daerah lain seperti di kawasan Sukajadi yang cukup susah untuk tanam sayur mayur, sekarang saya pun mencoba untuk menanamkan sayuran di kawasan yang kurang familiar untuk menanam sayur mayur,” ulasnya.
Awalnya, kata Kak Pian di kawasan lahan yang tak familiar tanam sayur-mayur tersebut dirinya menanam kopi dan jeruk tanpa pembayang sama sekali. Akan tetapi kondisi daunnya yang tumbuh tetaplah bagus. “Sehingga saya pun mengambil kesimpulan, namanya tanaman itu tergantung dengan makannya,” imbuhnya.
Bagi Kak Pian, Pagaralam itu sangat identik dengan pertanian, yang bisa menyejahterakan masyarakat. Dan ini bisa dianalisis dan dibuktikan, bahwa pandemi Covid-19 tidak begitu berpengaruh di Pagaralam, baik itu tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat kemiskinan dan lain sebagainya.
“Ini karena kita tetap produksi pertanian, sedangkan pasar tetap membutuhkan itu. Apalagi sekarang ini dengan program stek kopi, yang mampu meningkatkan kuantitas hasil panen buah kopi itu sendiri,” serunya.
Memasuki usia Kota Pagaralam ke-21 tahun, sambung Kak Pian, apa yang menjadi keinginan di usia beranjak dewasa ini, tujuannya tak lain ingin menyejahterakan masyarakat Pagaralam. “Dan pilihan saya tetap ke sektor pertanian. Apa yang menjadi target utama petani kita tak lain adalah hasil kopi,” jawabnya.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Pagaralam, lanjut Kak Pian, peningkatan produksi kopi di Pagaralam berada di angka 58%. Tapi kalau peningkatan hasil kopi per orang bisa mencapai diatas 100%. Lantas kenapa bisa 58%? Kak Pian pun menjabarkan, karena lahan pertanian di Pagaralam berkurang, bukan malah bertambah.
“Lahan berkuran, teknologi inovasi stek kopi inilah yang bisa membuat bisa mencapai angka di atas itu, kalau petani kopi di Pagaralam sudah stek kopi semua. Jadi petani kopi itu tidak lagi menjadi seperti ‘warisan Belanda’ tadi, yang hasil panen kopinya 1 tahun sekali,” tutur Kak Pian.
Pada peringatan HUT Kota Pagaralam ke-21 tahun ini pula kata Kak Pian, dirinya sangat berharap betul kesadaran masyarakat, bahwa Pagaralam adalah Kota pertanian. Dengan pertanian masyarakat bisa sukses, anak-anak bisa Sekolah. Lewat pertanian pula masyarakat Pagaralam bisa jauh lebih maju, petani pun harus berani untuk mengembangkan jenis pertanian di Pagaralam.
Target utama tanaman kopi, tapi harus ada juga tanaman lain sebagai pembayang, yang bernilai ekonomis. Baik itu jenis tanaman alpukat, jengkol, durian hingga petai. Dan bila tanaman pokat itu ngasil, bisa mengalahkan hasil dari tanaman utama.
“Untul alpukat itu bisa dihargai Rp15 ribu bila diambil langsung dari batang, dengan ukuran buah pokat yang besar, sedangkan alpukat itu untuk mencapai 50kg dalam satu batang tersebut. Tentu tergolong sangatlah mudah kalau alpukat sudah berusia 5 tahunan, dalam 1 tahun itu bisa 2kali panen besar, sehingga dalam 1 tahun pula bisa mendapatkan Rp5 juta untuk 1 batang,” tandasnya. Rel