Pernyataan Sikap WCC Palembang atas Kasus Pelec3han yang Dialami Mahasiswi UNSRI
PALEMBANG-SUMSEL, ExtraNews – Kasus pelec*han s*ksual di Unsri atau Universitas Sriwijaya hendaknya disikapi Rektor dengan lebih tegas kepada pelaku. Hal ini sebagai upaya pengungkapkan kasus pelec3han s3ksual mahasiswi yang seharusnya tidak terjadi di lembaga pendidikan.
Penekanan ini disampaikan Direktur Women’s Crisis Centre (WCC) Palembang, Yessi Ariyani, Minggu (5/12/2021).
Sampai dengan Sabtu (4/12/2021) sore, jumlah mahasiswi yang melapor sebagai korban pelec3han dari dosen yang beriniasial RG terus bertambah.
Ada tiga mahasiswi yang melaporkan dosen yang kini menjabat sebagai Kaprodi atau Kepala Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi S1 Unsri. Dari tiga mahasiswi ini, salah satu korban pelec3han s3ksual ialah yang mengalami upaya menghambatan yudisium yang kemudian viral di media sosial tersebut.
“WCC meminta Rektorat mengambil tindakan tegas kepada pelaku kekerasan pelec3han se3kual, Reza Ghasarma berupa pencabutan jabatan pelaku, menonaktifkan pelaku sebagai Kaprodi Manajamen, mengingat proses hukum telah berjalan,” ujar Yessi.
Menurut WCC, kekerasan pelec^han s3ksual di kampus ini ibarat fenomena gunung es. Fenomena yang baru sedikit terungkap di permukaan dan bakal ditemukan banyak yang belum terungkap.
Banyak korban yang memilih untuk tidak melaporkan peristiwa kekerasan atau pelecehan s3ksual tersebut. Penyebabnya karena banyak alasan, di antaranya relasi hubungan kuasa yang kuat atau tidak imbang antar pelaku dan korban.
Selain itu itu, proses hukum yang panjang sekaligus tekanan sosial atas nama menjaga nama baik institusi atau lembaga.
“Jika di lembaga pendidikan ini, tidak adanya pencegahan dan penanganan kasus kekerasan s3ksual yang melindungi korban, terutama kerahasiaan dan keamanan korban,” ujar Ketua Dewan Pengurus WCC Palembang, Yeni Roslaini Izzi.
Yenni pun berpendapat, masih kuat budaya patriarki termasuk di Sumsel yang membuat budaya victim bliming, kepada korban yang melaporkan peristiwa tersebut.
Pada kasus Unsri, Yenni, menambahkan saat para korban telah berani mengungkapkan peristiwa kekerasan s3ksual yang dialami, namun pihak Rektorat malah terkesan melindungi pelaku.
“Adanya upaya-upaya pemanggilan yang dilakukan kampus, tanpa adanya pendampingan, sekaligus menegaskan jika tidak hadir maka akan memperngaruhi pada masalah-masalah lainnya, maka ini jelas sebuah intimadasi,” terang dia.
“WCC mendorong agar para korban kek3rasan s3ksual berani berbicara atas pelecehan seksual yang dialaminya,” harap Yenni.
Sampai dengan Minggu (5/12/2021), Polda Sumsel telah menerima empat laporan mahasiswi yang menjadi korban kek*rasan s3ksual di Unsri.
Empat mahasiswi ini mengadukan dua dosen yang berada di dua fakultas yang berbeda. Satu mahasiswi melaporkan seorang dosen di Fakultas FKIP, 3 mahasiswi melaporkan dosen di Fakultas Ekonomi.
Untuk kasus pertama, polisi telah memeriksa korban dan saksi sekaligus melakukan olah TKP, sedangkan pada kasus kedua, polisi telah melengkapi laporan korban pelec3han s3ksual tersebut.
Mulanya, dosen inisial RG yang diketahui Ketua Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi ini dilaporkan oleh dua mahasiswi. Pada Sabtu (4/12/2021) sore, seorang mahasiswi lagi kembali melaporkan dosen tersebut.
Seperti diberitakan bahwa Kini, Dosen dengan inisial RG, mengakui telah melakukan aksi bejat, menc4buli mahasiswi sedang mengurus skripsi.
RG melakukan hal itu saat mahasiswa meminta tanda tangan kepadanya.
Pengakuan RG itu terungkap dari penjelasan rektorat. Wakil Rektor 1 Unsri, Zainuddin mengatakan RG mengakui perbuatannya saat pihak Unsri melakukan pemeriksaan.
Dosen RG diketahui sebagai ketua jurusan saat pelec*han itu terjadi. [rel**]