JAKARTA, ExtraNews – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan pemerintah akan mulai membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pada tahun 2027. Proyek ini menjadi bagian dari strategi pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia.
“PLTN mungkin mulai dibangun pada 2027,” ujar Bahlil dalam Konferensi Pers RUPTL 2025–2034 di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (26/5).
Bahlil menargetkan PLTN tersebut dapat mulai beroperasi pada 2030. Pada tahap awal, kapasitas yang dikembangkan akan berskala kecil sekitar 250 Megawatt (MW).
“Kita mulai dari skala kecil dulu, 250 MW. Kalau ini berhasil, baru kita tingkatkan,” ujarnya.
Pemerintah telah menetapkan dua lokasi potensial untuk pembangunan PLTN pertama, yaitu di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Namun, Bahlil belum mengungkapkan mitra asing yang akan digandeng dalam proyek ini, dengan alasan masih dalam tahap penjajakan teknologi dan kerja sama.
Tiga Negara Tertarik Bangun PLTN di Indonesia
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Aryo Djojohadikusumo, menyebutkan bahwa ada tiga negara yang telah mengajukan proposal untuk pembangunan PLTN di Indonesia.
Ketiga negara tersebut adalah Amerika Serikat, Rusia, dan China. Menurut Aryo, perusahaan energi nuklir Rusia, Rosatom, telah menyatakan minatnya untuk bekerja sama dalam proyek ini. Sementara itu, komunikasi dengan China telah dilakukan melalui China National Nuclear Corporation (CNNC) saat kunjungan Kadin ke Beijing pada November 2024.
Untuk Amerika Serikat, kemitraan telah dijalin dengan salah satu anggota Kadin, dan pembahasan teknis masih terus berlangsung.
PLTN yang akan dikembangkan ditargetkan dapat terhubung ke jaringan listrik nasional (on-grid) pada 2032. (*)