Jakarta, Extranews —- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya berama tokoh dan jajaran pers secara nasional pada acara penanaman pohon mangrove di Taman Wisata Alam Angke Kapuk, Jakarta, Sabtu (17/2).
Jajaran pers di antaranya, Ketua Umum PWI Pusat Hendry CH Bangun, Sekjen PWI Pusat Sayid Iskandarsyah, Ketua DK Sasongko Tedjo, dan tokoh lainnya dari dari daerah.
Rangkaian acara memeriahkan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 tersebut selain melakukan penanaman pohon juga bersama menteri menyusuri perairan di lokasi restorasi mangrove, Angke, Kapuk.
Usai penanaman pohon, di lokasi TWA Angke Kapuk, dalam acara ramah tamah, Siti Nurbaya menjelaskan, pers mungkin digambarkan serem karena pers disebut sebagai kontrol dan pembentuk peristiwa.
Oleh karena itu jajaran birokrat yang menjalan kan tugas semestinya harus bersama-sama pers sehingga fungsi kontrol akan membantu tugas pemerintah.
Menurut Siti Nurbaya, kontrol terhadap pemerintah yaitu akuntabilitas birokrat. Sekalian itu fungsi pers sebagai edukasi dan entertaiment. Apalagi posisi Wartawan di media menjadi advisor dsn linked antara satu masalah dengan masalah lain dan linked dari satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Dalam kegiatan ini, rombongan PWI dan komunitas pers lainnya mendapat penjelasan tentang proses restorasi mangrove di kawasan utara Jakarta tersebut.
Awalnya pada 1997, sebanyak 90 persen tutupan mangrove di kawasan ini rusak karena berbagai aktivitas masyarajat, terutama tambak ilegal.
Penanaman mangrove mulai dilakukan pada 2006, hingga tutupan vegetasinya mencapai 447 persen, yakni dari hanya 9,9 hektare pada 1999 menjadi 49,9 hektare pada 2021.
Kondisi ini meningkatkan kualitas kawasan TWA sebagai habitat satwa liar, sehingga keanekaragaman spesies satwa liar pun meningkat. Selain itu, restorasi ekosistem mangrove di TWA Angke Kapuk menjadikannya kawasan wisata yang menawarkan hutan mangrove sebagai daya tarik utamanya.
“Dalam melakukan restorasi ini memerlukan perjuangan yang berat, ujar salah seorang peserta dari Aceh.
Peserta lainnya yang sebenarnya berasal dari Jakarta, konsep ekowisata adalah salah satu hal yang penting dan nilai yang diberikan ke masyarakat. Dengan melihat hasilnya di lapangan, ia mengungkapkan kita patut berbangga atas pekerjaan yang dilakukan melalukan restorasi.
TWK Angke Kapuk meliputi lahan seluas 99,82 hektar. Kawasan ini ditetapkan sebagai Taman wisata alam pada tahun 1995 dan kawasan dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta, secara komersil adanya izin perusahaan pariwisata alam kepada PT Murinda Karya Lestari pada tahun 1997.
Kini tempat yang berada di Kota Jakarta ini bukan saja memberikan manfaat ekologi, lebih dari itu memberikan manfaat ekonomi dan sosial.
Karena saat ini TWK menyediakan tempat yang representatif untuk kegiatan pariwisata, pendidikan dan penelitian, kemudian menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan masyarakat lokal, juga berkontribusi untuk sektor perikanan dengan menyediakan tempat pemijahan dan pembibitan banyak spesies ikan.
Kini di lokasi TWK lebih kurang ada 286 spesies aneka tumbuhan di luar mangrove, juga terdapat 77 spesies keanekaragaman burung. Bahkan ada beberapa hewan yang kembali muncul di lokasi TWK ini.
Misalnya monyet ekor panjang, berang berang cakar kecil, buaya Muara, dan jalak putih. Firko