Mantan Kepala Desa Pematang Palas ini mengaku, inovasi hilirisasi karet akan turut mendorong pemasaran produk sandal jepit dan lainnya masuk di aplikasi bela pengadaan.
“Jadi ini murni produksi warga alias murni handmade warga Muba, sekarang warga Muba khususnya di Plakat Tinggi sudah bisa memproduksi sandal jepit dan inovasi lainnya,. Berikutnya kita bela lagi dengan pasar pengadaan lewat aplikasi pengadaan barang dan jasa lokal” tukasnya.
Apriyadi juga menggagas perluasan hilirisasi karet ini menyasar ke daerah lain di Muba yang memiliki komoditas karet dalam jumlah besar. “Hilirisasi inovasi karet lainnya akan kita kembangkan ke kecamatan lain, bertahap dan nyata realisasinya,” tegasnya.
Kepala Disdagperin Muba, Azizah menerangkan sejumlah alat untuk produksi sandal jepit dan inovasi lainnya telah dilengkapi di Kecamatan Plakat Tinggi. Diantaranya, centrifuge, alat press karet manual serta molding yang digunakan sebagai alat cetak ukuran untuk sandal jepit.
Azizah berkeyakinan, pelatihan hilirisasi karet membuka belah pendapatan baru bagi warga. Ia menilai, warga sangat cepat memahami pelatihan dan sangat mahir dalam memproduksi sejumlah inovasi hilirisasi karet.
Saat ini, petani karet binaan ini mampu memproduksi 1.500 pasang sandal jepit sebulan dengan rentang harga Rp. 15.000 – Rp. 30.000. Pemasaran awal melalui program bela beli produk lokal, dipasarkan untuk internal seperti untuk perkantoran, tempat ibadah mesjid, musholla dan sekolah. [rel]