Muba maju Lebih Cepat
Minuman Alfaone
OPINI  

IBADAH HAJI: PERJALANAN SPIRITUAL MENUJU ALLAH, Oleh: Dra. Anisatul Mardiah, M.Ag, Ph.D, Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

F266151E 5D61 4E46 951D 2EAC9DD74A64

IBADAH HAJI: PERJALANAN SPIRITUAL MENUJU ALLAH, 

Oleh: Dra. Anisatul Mardiah, M.Ag, Ph.D,

 Dosen Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

Pengantar

Perintah untuk melaksanakan ibadah haji datang langsung dari Allah SWT dalam Al-Qur’an dan ditegaskan pula dalam hadis Nabi. Haji adalah rukun Islam yang kelima, dan merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi yang mampu. ibadah haji diwajibkan bagi mereka yang mampu. Kemampuan di sini mencakup kemampuan fisik dan materi, antara lain: sehat jasmani dan rohani, memiliki biaya yang cukup, memiliki perlengkapan haji yang memadai, sertakeamanan yang terjamin. Melaksanakan ibadah haji adalahkewajiban, bukan pilihan. Ibadah haji dan umrah diperintahkan bagi setiap umat Islam yang telah siap dan mampu secara fisik dan materi untuk berangkat ke Tanah Suci.

Ibadah haji merupakan salah satu sarana melakukan komunikasi antara seorang hamba dengan Khalik-nya. Ibadah ini pertama kali disyari’atkan pada tahun keenam Hijrah, sebagaimana Firman Allah SWT dalam surat Ali Imran aayat97 yang artinya: Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Barangsiapa mengingkari (kewajiban) haji, maka ketahuilah bahwa Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. (Q.S Ali Imron/3:97)

Pada surah lain Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak dan berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir.” (QS Al-Hajj/22: 27-28).

Sedangkan perintah berhaji dalam hadis antara lain diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yang artinya: Dari Ibnu Umar RA, ia mendengar Rasulullah bersabda, “Islam itu didirikan di atas 5 (lima) pilar: syahadat tiada llah selain Allah dan sesungguhnya Muhammad Rasulullah, mendirikan salat, membayar zakat, haji ke Baitullah dan puasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhârî dan Muslim)

Perjalanan Spiritual dalam Ibadah Haji

Ibadah haji merupakan rukun Islam yang diwajibkanbagi yang mampu. Akan tetapi, tidak semua orang yang mampu dapat menunaikannya. Dalam keyakinan umat Islam, orang  dapat melaksanakan ibadah haji apabila ada panggilandari Allah SWT untuk berhaji. Bagi siapa saja yang mendapatpanggilan maka Allah SWT pasti akan memampukannya.

Ibadah haji dimulai dengan sesuatu yang tidak terlihat, yaitu panggilan dari Allah SWT. Oleh karena itu, ibadah haji sejatinya adalah perjalanan hamba untuk memenuhi panggilanAllah SWT.  Ibadah haji bukan sekedar langkah kaki dan tubuh yang menyusuri padang pasir, tetapi juga perjalananjiwa yang pulang menuju Tuhannya. Seruan labbaykAllahumma labbayk bukan sekadar ucapan tanpa makna, tetapi getaran jiwa yang telah menanti seumur hidup untuk pulang. Ini bukan tentang ritual, tetapi tentang cinta yang mendorong langkah-langkah menuju ampunan dan ridha-Nya.

Sehebat apapun manusia, ia tidak akan mampumelaksanakan ibadah haji tanpa panggilan dari Allah SWT. Badan sehat, uang banyak, perjalanan aman tetap tidak dapatmelaksanakan ibadah haji bila Allah SWT belum berkenan. Ada saja hambatan bila Allah SWT belum berkenan, misalnya, visa tidak keluar.  Sebaliknya berbagai hambatantidak akan menghalangi hamba-Nya untuk berhaji bila Allah SWT berkenan.

Puncak ibadah haji Ketika wukuf di Padang Arafah. Di mana jutaan manusia berdiam diri, merenung, berzikir dan larut dalam doa. Di Arafah, pertemuan puncak antara seorang hamba dan Tuhannya. Wukuf di Arafah adalah momen yang sangat berharga bagi setiap Muslim menghentikan aktivitasduniawi untuk beribadah, introspeksi diri, merenungkan dosa-dosa dan kesalahan yang telah dilakukan serta bertekad untukbertaubat dan memperbaiki diri serta mengingat hari kiamat..Wukuf  juga merupakan  waktu terbaik untuk berzikir dan berdoa, memohon ampunan kepada Allah SWT dan memperkuat hubungan dengan-Nya.  

Di Arafah, banyak jiwa yang sadar akan kasih sayangAllah SWT. Tubuh yang bergelimang dosa masih diberi Allah berbagai kenikmatan. Amal yang  sangat sedikit, tetapdisayang Allah SWT dengan limpahan rezeki, sehinggatangisan pecah di tengah jutaan manusia mengingat besarnyakasih sayang Allah SWT.

Simbol-simbol Sosial dalam Ibadah Haji

Ibadah haji bukan semata ibadah personal, tapi merupakan momentum sosial yang menyatukan lintas bangsa, budaya, dan kelas dalam satu ikatan, yaitu keimanan kepada Allah SWT. Ibadah haji dapat memunculkan karakter sosial seorang Muslim yang peduli, inklusif, dan penyayang, bahkan kepada orang yang tidak dikenal. Jamaah berbagi ruangan, makanan, minuman, dan bahkan berbagi kesabaran. Mereka saling tolong saat kelelahan, tersesat, atau sakit. Meskipunberbeda bahasa, tetapi mereka memakai bahasa universal yang paling kuat yaitu senyum tulus dalam kebersamaan ibadah.

Ibadah haji melambangkan kesetaraan universal di hadapan Allah SWT. Semua jamaah memakai ihram yang sama, tanpa warna, tanpa desain, tanpa status atau merk terkenal. Tidak ada  perbedaan antara pejabat dan rakyat, konglomerat atau buruh, semua larut dalam satu seruan labbayk Allahumma labbayk. Semua berstatus samasebagai hamba Allah SWT yang mengharapkan ampunan dan keridhaan-Nya. Melalui ibadah haji, nilai anti diskriminasi, anti kasta, dan anti kesombongan sosial dapat dilihat secaranyata.

Ibadah haji merupakan momentum untuk latihanmengendalikan emosi dan ego dalam kehidupanbermasyarakat. Larangan berkata kasar, bertengkar, atau menyakiti selama ihram adalah latihan langsung dalam kontrol sosial. Jika bisa bersabar di tengah jutaan orang yang padat, panas, dan penuh ujian, maka setelah pulang, seorang haji idealnya dapat mengendalikan amarah, tidak menyakitiorang lain baik dengan perkataan maupun perbuatan, lebihsabar dan ramah dalam bermasyarakat.

Haji mempertemukan umat Islam dari seluruh penjuru dunia. Oleh karena itu, ibadah haji dapat memperkuat ukhuwah Islamiyah dan kesadaran bahwa kita bagian dari umat yang lebih besar dari sekadar komunitas lokal. Dalam kegiatan ibadah haji terjadi kemungkinan pertukaran budayadan pemikiran, dialog antar mazhab dan antar bangsa, timbulkesadaran bahwa umat Islam itu satu meski berbeda bangsa, bahasa dan budaya.

Setelah semua ritual dalam ibadah haji dilaksanakan, makasemua jamaah haji akan kembali ke tanah air masing-masing. Kembali di sini bukan sekedar pulang ke rumah masing-masing, tetapi sejatinya adalah pulang sebagai manusia baruyang kini hidupnya hanya untuk Allah SWT, dalam cinta, syukur, dan kesadaran. Jadi, haji bukan hanya tentang pergi, tapi tentang kembali dengan jiwa yang telah disentuh spiritualitas tertinggi. Ibadah haji bukan perjalanan untuk melihat Ka’bah, tapi untuk melihat ke dalam diri sendiri.Bukan hanya menyentuh batu hitam, tapi menyentuh cahaya kesadaran bahwa Allah SWT selalu dekat.

Ibadah haji juga dapat mengasilkan transformasi sosial. Setelah pulang dari ibadah haji, jamaah haji diharapkanmenjadi teladan sosial di lingkungannya, dapat membawanilai-nilai damai, jujur, dan empati ke tengah masyarakat, aktif dalam membangun ukhuwah dan kerja sosial. Haji adalah cerminan masyarakat ideal karena haji bukan sekedarmembentuk pribadi, tetapi membentuk peradaban. Hal inisangat mungkin bila setiap jamaah yang pulang haji dapatmembawa nilai kejujuran, kesederhanaan, toleransi dan kepedulian sosial ke tengah masyarakat.

Bila direnungkan seluruh rangkaian ritual haji, makadapat dipahami bahwa semuanya merupakan simbol, yaitusimbol kematian ego dan kelahiran spiritual.  Ihram laksanakain kafan, wukuf merupakan gambaran penantian di padang Mahsyar. Thawaf seperti  mengelilingi pusat eksistensi (Ka’bah). Sa’i melambangkan perjuangan hidup hamba yang selalu berharap rahmat. Melempar jumrah simbol menolak godaan setan.
Tahallul merupakan tanda bahwa ego sudah ditundukkan.

Dengan demikian, ibadah haji bukan sekadar ibadah fisik, tetapi transformasi ruhani yang melibatkan hati, pikiran, dan seluruh dimensi kehidupan. Ibadah haji penuh dengan amalan yang tampak sederhana tapi harus dilakukan dengan disiplin dan tertib.

Penutup

Ibadah haji dilakukan oleh umat Islam untuk membersihkan jiwa mereka dari semua dosa duniawi, yang menyiratkan tindakan lahiriah dari sebuah perjalanan setelah kematian dan tindakan batiniah dari niat baik.

Ibadah haji merupakan bentuk pengakuan dan buktisebagai hamba-Nya sekaligus sebagai ungkapan syukur pada Allah SWT. Ibadah haji bukan perjalanan untuk melihat Ka’bah, tapi untuk melihat ke dalam diri sendiri. Bukan hanya menyentuh batu hitam, tapi menyentuh cahaya kesadaran bahwa Allah SWT selalu dekat. Di balik setiap gerakan haji, tersembunyi pesan Ilahi. Bukan hanya untuk dikenang, tapi untuk dihidupkan dalam setiap langkah setelah pulang. O 

 

BACA JUGA INI:   OBITUARI: Pak Ismet Rauf, Kami Kirim Doa dari Rangkasbitung…
lion parcel