Muba maju Lebih Cepat
Minuman Alfaone

Dr. Meita dan Tim Peneliti UT Palembang Kunjungi Tuan Di Pulau Gali Islamisasi Komering 

Dr. Meita dan Tim Peneliti UT Palembang Kunjungi Tuan Di Pulau Gali Islamisasi Komering 
Tim Peneliti UT Palembang bersama Tokoh Adat Komering melakukan perekaman data dokumenter di Makam Muyang Tuan Di Pulau. (Selasa, 20/9)  ( poto: Tim Peneliti UT Palembang)

OKUT_SUMSEL, ExtraNews – Awal abad ke-16 tampaknya menjadi moment Islamisasi di tanah Sumatra Selatan. Penyebaran Islam pada masa itu juga dampak dari apa yang terjadi di tanah Arab.

Kekuasaan Islam di pada Kesultanan Turki Usmaniyah memasuki periode ekspansi Islam ke berbagai belahan dunia. Sultan Selim I (1512-1520) menyatuhkan dunia Islam dengan menaklukan Dinasti Safawiyah di Baghdad.

Beliau juga mendirikan pemerintahan Usmaniyah di Mesir.

Pola yang sama dilanjutkan pewarisnya, Suleiman Agung (1520-1566) dengan mencaplok dan melakukan Islamisasi di Eropa Timur.

Sultan-sultan Turki yang tegas ini memanfaatkan akses Teluk Persia dalam mengirim berbagai ulama-ulama besar dan utusan agama Islam ke negeri-negeri yang jauh. Termasuk ke tanah Komering di Negeri Palembang saat itu.

Penasaran dengan hal itu, Tim penelitian Universitas Terbuka (UT) Palembang yang diketuai Dr. Meita Istianda (Ketua Tim/Universitas Terbuka Palembang), bersama  Dr. Dedi Irwanto (Universitas Sriwijaya), Giyanto, M.Si. (Universitas PGRI Palembang), Dr. (Cand.) Kms. A. Rachman Panji (UIN Raden Fatah (RF) Palembang), Dudy Oskandar SH  (Jurnalis) dan Hidayatul Fikri, S.T. atau Mang Dayat (Youtuber beken Palembang) turun kelapangan dalam menelusuri jejak Islamisasi saat itu di wilayah Komering. Selasa, (20/9)

“Sultan-sultan Turki Usmaniyah mulai gencar mengirim para ulama yang juga pedagang ke Nusantara. Menurut hemat saya sejak saat itu. Penguasaan akses teluk Persia. Menjadikan mudahnya pelayaran ke Nusantara, termasuk ke Sumatra Selatan dan Komering. Ulama ini datang dari Hadramaut dan berguru ke Baghdad saat itu. Mereka juga para Syaik dan Syayid keturunan Rasulullah. Pengiriman para ulama keturunan Rasulullah yang kharismatik dan memiliki kharomah Ilmu tinggi ini untuk memperkuat kedudukan Islam itu sendiri. Oleh Sultan Turki mereka sengaja dikirim secara berkelompok secara bergelombang ke Nusantara”, katab Sejarawan Palembang, Dr. (Cand.) Kemas Ari Panji.

BACA JUGA INI:   TNI Latihan Bersama

Berdasar buku “Jejak Islamisasi di Negeri Palembang” karya Prof. Mal’an Abdullah. Ulama-ulama syahid yang dating ke Sumatra Selatan. Awalnya dipelopori oleh Syaikh Ibrahim Al-Samarkand bersama anaknya Syaikh Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) bersama muridnya Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah (Puyang Sekampung Marga Danau).

Setelah meng-Islamkan Ario Damar menjadi Ario Abdillah atau Ario Dillah. Ibrahim Al-Samarkand dan putranya Ali Rahmatullah melanjutkan perjalanan ke Pulau Jawa.

Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah bersama muridnya Ario Dillah kemudian menerima rombongan para Syaikh dan Syahid yang datang berikutnya dari baik dari tanah Arab langsung maupun yang sudah menetap di Jawa.

Salah satu yang datang berikutnya adalah rombongan Syaikh Syahid Amar Saleh. Beliau anak dari ulama asal tanah Arab, Syaikh Syahid Al-Kamil Syarief Hidayatullah yang bergelar Sunan Gunung Jati yang berkedudukan di Cirebon.

Di Istana, Syahid Amar Saleh bertemu dengan Syaikh Ahmad Abdurrahman Tajuddin Basyaid dan Syaikh Syahid Hamminul Amiem. Selanjutnya mereka bertiga meneruskan perjalanan ke Pasai.

BACA JUGA INI:   Memperingati Milad Kesultanan Palembang Darussalam ke 356 Tahun

“Dan melanjutkan ke Palembang. Bersama Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah dari Istana Palembang mereka meneruskan dakwah ke daerah uluan. Syaikh Syarief Hussin Hidayatullah menetap di Sekampung, Sungai Babat an, Marga Danau”, kata Dr. Dedi Irwanto, M.A.

Nah, menariknya ketiga orang lainnya meneruskan perjalanan menyelusuri Sungai Komering. Syaikh Syahid Amar Saleh menetap dan berdakwah di Marga Madang tepatnya Dusun Mendayun serta bergelar Tuan Umar Bagindo Sari.

“Sedangkan Syaikh Ahmad Abdurrahman Tajuddin Basyaid menetap di Dusun Adumanis menjadi Tuan Tanjung Idrussalam. Demikian halnya Syaikh Syahid Hamminul Amiem berdakwah dan menetap di Campang Tiga dan menjadi Tuan Di Pulau”, ujar Dr. Dedi Irwanto dari Universitas Sriwijaya yang ikut dalam rombongan.

Syaikh Syahid Hamminul Amiem mendirikan semacam pondok pengajian AlOur’an tempat berdakwah di seberang Sungai Komering ditempat tanah pulau yang dikelilingi rawa-rawa. Beliau menyebarkan Islam di aliran Sungai Komering.

“Beliaujuga memiliki banyak kharomah sebagai waliyullah. Bahkan makam

Beliau tidak pernah banjir walau Sungai Komering meluap. Sampai sekarang banyak penziarah dari luar Komering yang berkunjung ke makam Beliau. Namun jangan coba-coba minta nomor togel. Buaya di Sungai Komering laut makam akan mengamuk”, pesan Pak Chaerul tokoh Adat Cempaka.

BACA JUGA INI:   Misteri Ramalan Prabu Jayabaya : Akan Datang Zaman Kolosubo pada Tahun 2025, Apa Maknanya?

Sekarang ini makam puyang Syaikh Syahid Hamminul Amiem atau Tuan Di Pulau.

“Sudah dilakukan renovasi cungkup makam tahun lalu. Sekarang sedang dilakukan pemugaran pagar kelilingnya. Alhamdulillah seluruh dananya adalah sumbangan swasembada masyarakat komering, baik di dalam maupun mereka yang sukses di luar Komering. Sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap puyangnya, asal usulnya. Akses ke makam Beliau juga cukup mudah. Selain bisa ditempuh lewat jalur sungai. Juga bisa ditempuh lewat jalur darat melalui jembatan gantung di Desa Negeri Sakti,” kata Drs. M. Ali Pasyai, eks pejabat tinggi di Pemkab OKU Timur dan salah satu tokoh besar Komering yang tetap tinggal di Dusun Minanga.

Pihaknya berharap juga makam ini dapat menjadi wisata spiritual handal untuk Kabupaten OKU Timur ke depan. [oska]

 

lion parcel