Diskusi Konservasi Ikan Belida PN IKA Unsri Rekomendasi Dibentuk Konsorsium Ikan Belida
Jakarta, Extranews —- Salah satu rekomendasi Forum Diskusi Konsevasi Ikan Belida, oleh PN IKA Unsri, yaitu perlu dibentuk konsorsium ikan belida yang terdiri dari KKP, BRIN, UNSRI, UNRI, UNMUL, PEMDA terkait, LSM, Praktisi dan HIMPUNI.
Demikian salah rekom yang disusun tim perumus Dr. Muslim, S.Pi, M.Si dan Tanbiyaskur, S.Pi, M.Si, pada forum diskusi PN IKA Unsri yang digelar melalui Zoom, Kamis, 2 Februari 2023.
Rekomendasi lainya perlu dilakukan identifikasi dan taksonomi ikan belida secara presisi, U pelestarian ikan belida melalui dunia pendidikan sejak dini, dimasukan kedalam salah satu materi pelajaran di sekolah.
Selain itu untuk meningkatkan performa hasil pemijahan, perlu diteliti teknologi memijahakan ikan belida secara artifisial (buatan), Ikan belida hasil pemijahan telah merespon terhadap pakan buatan, namun belum ditemukan formulasi pakan buatan agar ikan belida tumbuh optimal dan cepat matang gonad. Kemudian teknologi pemijahan buatan dengan pendekatan nutrisi, hormonal, dan rekayasa genetik perlu dilakukan.
Selain itu teknologi pemeliharaan larva-benih dengan pendekatan nutriri, hormonal, peningkatan status kesehatan, dan manipulasi lingkungan. Ditambah Pertumbuhan yang lambat pada keturunan G1/G2 menjadi tantangan dalam pembesaran ikan belida, diperlukan pendekatan nutrisi, hormonal, lingkungan.
Dibutuhkan mitigasi terhadap timbulnya penyakit ikan belida belum ada, perlu dilakukan penelitian identifikasi penyakit (virus, bakteri dan parasit) dan vaksin.
Untuk mengatasi berbagai permasalahan dalam upaya konservasi ikan belida, oleh karena itu perlu penelitian yang sistematis dan berkesinambungan untuk program konservasi ikan belida sehingga dapat menambah populasi belida melalui usaha budidaya dan restoking di alam. Tata kelola konservasi melibatkan berbagai stakeholder. Masing-masing stakeholder bersinergi dalam mendukung keberhasilan pengembangan ikan Belida.
Guna melestarikan ikan Belida yang langka ini, Ikatan Alumni Unversitas Sriwijaya (IKA Unsri) menggelar diskusi konservasi ikan belida, Kamis (2/2/2023). Forum diskusi itu digelar secara virtual diikuti 600 orang peserta berasal dari kalangan pemerintahan, akademisi, praktisi, peneliti, aktifis lingkungan dan masyarakat.
Konservasi Ikan Belida bertemakan “Mengembangkan Kebijakan dan Program Konservasi yang Mendukung Budaya dan Perekonomian Rakyat”.
Ketua Umum PN Ikatan Alumni (IKA Unsri), Dr Agung Firman Sampurna, mengatakan, selama ini peran ikatan alumni sebagai paguyuban kangen-kangenan yang keberadaannya sejenis reuni. “Saat ini ikatan alumni dituntut untuk berkontribusi baik secara formal dan praktikal dalam bentuk proses pembelajaran, penelitian, dan khususnya pengabdian kepada masyarakat,” ungkap mantan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) ini.
Untuk itu, dikatakan Agung, melalui forum diskusi ini IKA Unsri dapat memberikan kontribusi nyata dalam mendukung aktifitas dan kapasitas almamater dengan memberikan solusi atau salah satu masalah yang dihadapi masyarakat saat ini. “Jadi forum konversi ikan belida ini sangat bermanfaat untuk semua masyarakat,” ujar Agung.
Dijelaskan Agung, penetapan ikan Belida sebagai jenis ikan yang dilindungi tertera dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 1 tahun 2021 tentang Jenis Ikan yang Dilindungi yang menyatakan bahwa ada empat jenis ikan belida yang dilindungi, yaitu Belida Sumatera (Chitala hypselonotus), Belida Lopis (Chitala lopis) Belida Borneo (Chitala chitala), dan Belida Jawa (Notopterus notopterus). Hal ini dipertegas dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi dimana Ikan belida termasuk ke dalam salah satu jenis ikan yang dilindungi.
“Kegiatan ini untuk mendukung upaya pemerintah dalam upaya mencegah punahnya ikan Belida sekaligus mengembangkan jenis ikan asli perairan Indonesia agar dapat menjadi komoditi yang dapat dibudidayakan dan dikomersialisasikan,” pungkasnya.
Dikatakan Agung, tujuan Forum Diskusi Konservasi Ikan Belida adalah membedah kebijakan dan program pemerintah dalam upaya konservasi ikan perairan umum yang dilindungi khususnya ikan Belida. Lalu, mengetahui status progres, kendala dan rencana tindak lanjut kegiatan konservasi dan teknologi budidaya ikan Belida.
Dan merumuskan rekomendasi dan rencana aksi nyata untuk mendukung upaya pemerintah dalam upaya mencegah punahnya ikan Belida sekaligus mengembangkan jenis ikan asli perairan Indonesia agar dapat menjadi komoditi yang dapat dibudidayakan dan dikomersialisasikan.
“Belida juga diperdagangkan oleh industri kuliner. Belida juga merupakan bahan baku makanan jenis pempek, tekwan, dan kerupuk. Dan Belida juga menjadi ikon di Kota Palembang,” imbuhnya.
Sementara Rektor Prof. Dr. Ir. H. Anis Sagaff, MSCE. IPU. ASEAN. Eng mengaku sangat senang adanya kegiatan seminar ini sangat positif. “Apa yang disampaikan Pak Agung Sampurna sebagai Ketua Uum, IKA sendiri diperhitungkan baik didalam proses penilaian kementerian masuk dalam IKU, itu 10 persen adalah kegiatan alumni. Baik itu penilaian perenkingan universitas, karir karir alumni diperhiungan. Kementerian sendiri mengejar alumni kita yang sudah berproduksi baik membuka usaha sendiri maupun bekerja mempengaruh universitas, fakultas dan termasuk prodinya. Kita akan ada reward dari kementerian,” ujarnya.
Narasumber dalam diskusi tersebut, diantaranya Puji Widodo, S.Pi, (Pengawas Perikanan Bidang Pembudidayaan Ikan Ahli Muda pada Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin, Kementerian Kelautan dan Perikanan) dengan topol “Status Progres, Hasil, Kendala dan Tindak Lanjut Penelitian Budidaya Ikan Belida”, kemudian Prof. Dr. Ir. Sukendi, M.S (Guru Besar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Riau) dengan tema “Teknologi Pembenihan, Budidaya dan Prospek Komersialisasi Ikan Belida, selanjutnya Prof. Dr. Ir. H. Iwan Suyatna, M.Sc., DEA., IPU (Guru Besar pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarwan) dengan tema “Hasil-Hasil Riset Konservasi dan Budidaya Ikan Belida”, Siti Rachmi Indahsari (Area Manager Communication, Relations & CSR Kilang Pertamina Plaju) dengan tema “Best Practice Peran Kilang Pertamina Plaju dalam Upaya Konservasi Ikan Ikan Belida di Kawasan Sumatera Selatan”.
Dari rumusan hasil Forum Diskusi menyimpulkan, bahwa ikan belida merupakan jenis ikan perairan tawar endogeneous Indonesia. Ikan belida bernilai ekonomi tinggi. Ikan ini dimanfaatkan masyarakat sebagai ikan konsumsi dan juga sebagai ikan hias. Selain dikonsumsi segar, ikan belida juga dapat menjadi beberapa produk olahan. Di sumatera selatan, produk olahan ikan belida yang sangat popular adalah kerupuk-kempalang dan pempek.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan terhadap ikan belida makin meningkat. Aktifitas penangkapan ikan belida di alam makin meningkat, seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat, ekspoitasi ikan belida di alam makin intensif, Dampaknya populasi ikan belida di alam makin menurun. Selain itu, Kerusakan ekosistem dan degradasi habitat ikan belida memperparah makin cepatnya laju penurunan populasi ikan belida di alam. Penururnan populasi ikan belida di alam yang terjadi secara terus menerus menyebabkan punahnya spesies ini.
Untuk mengantisipasi punahnya ikan belida, Pemerintah RI melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 21 Tahun 2021 tentang jenis ikan dilindungi. Dalam Kepmen tersebut 4 jenis ikan belida yang dilindungi, yaitu belida sumatera (Chitala hypselonotus), belida lopis (Chitala lopis), belida borneo (Chitala borneensis), dan belida jawa (Notopterus notopterus) dengan status perlindungan penuh. Sebelum kepmen tersebut dikeluarkan, pemerintah baik pemerintah pusat dan pemerintah daerah melalui kementerian kelautan dan perikanan, dinas perikanan, perguruan tinggi, lembaga peneltian, telah memberikan perhatian terhadap kelestarian sumberdaya ikan belida. Kepedulian terhadap sumberdaya ikan belida juga diberikan oleh Badan Usaha Milik Negara. Beberapa penelitian yang telah dilakukan di beberapa perguruan Tinggi Negeri seperti Univesitas Sriwijaya, Universitas Riau, Universitas Mulawarman dan perguruan tinggi lainnya baik PTN maupun PTS merupakan bukti bahwa kalangan akademisi memberikan perhatian terhadap ikan ini. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Riset Perikanan Perairan Umum, Balai Budidaya Ikan Air Tawar Mandiangin juga sudah banyak melakukan penelitian terhadap ikan belida. Badan Riset Inovasi Nasional juga telah memberikan perhatian serius terhadap kelestarian ikan belida.
Untuk menjaga kelestarian ikan belida perlu dilakukan upaya domestikasi. Kegiatan domestikasi ikan meliputi teknik pemeliharaan dari hasil tangkapan di alam, pemeliharaan induk, pembenihan, sampai pemeliharaan benih, pembesaran dan berulang kembali secara terus menerus. Level domestikasi spesies ikan, dari ikan liar menjadi ikan budidaya ada lima level, yaitu level 1 (percobaan pertama aklimatisasi kedalam lingkungan budidaya), level 2 (bagian dari siklus hidup lengkap dalam kondisi budidaya, namun beberapa masih belum tuntas “bottlenecks”), level 3 (seluruh siklus hidup lengkap dalam kondisi budidaya, dengan input induk liar), level 4 (seluruh siklus hidup lengkap dalam kondisi budidaya, tanpa induk liar) dan level 5 (program pemuliaan dengan fokus pada tujuan spesifik). Dari beberapa hasil penelitian dan perekayasaan yang dilakukan di Unsri, Unri, Unmul, BBAT Mandiangin, Pertamina-BRIN, proses domestikasi ikan belida sudah mencapai level 2-3, yakni bagian dari siklus hidup lengkap dalam kondisi budidaya, namun beberapa masih belum tuntas “bottlenecks” dan masih menggunakan induk liar. Rel