Muba maju Lebih Cepat
Minuman Alfaone

Bersama Wakil Ketua MPR, Wirawati Catur PancaPerkuat Peran Perempuan dalam Sejarah dan Masa Depan

F47673BA 3969 47F5 B0FA 019D8A0E776B

Bersama Wakil Ketua MPR, Wirawati Catur PancaPerkuat Peran Perempuan dalam Sejarah dan Masa Depan

Jakarta, Extranews— Dalam rangka memperingati Hari Perempuan Internasional, Wirawati Catur Panca bersamaMajelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menyelenggarakanForum Diskusi Aktual, Berbangsa, dan Bernegara bertajukPatriotisme Perempuan: Dulu, Kini, dan Nanti” untukmemperkuat peran perempuan dalam pembangunan bangsa.

Acara yang berlangsung di Gedung MPR itu dihadiri oleh berbagai tokoh perempuan dan pemangku kepentingan yang berkomitmen untuk terus mengangkat peran perempuan dalamsejarah dan masa depan Indonesia.

Pia Feriasti Megananda, Ketua Wirawati Catur Panca dalamsambutannya menyampaikan rasa syukur atasterselenggaranya forum ini serta apresiasi kepada Wakil KetuaMPR, Ibu Dr. Lestari Moerdijat, S.S., M.M., atas dukungandan inisiatifnya dalam mendukung diskusi yang membahaskiprah perempuan dalam pembangunan bangsa.

“Kehadiran kita di Gedung MPR hari ini memberikan maknamendalam bagi diskusi ini, mengingat perjuangan bangsayang harus terus dilanjutkan dengan melibatkan semuakomponen masyarakat, termasuk perempuan sebagai bagianintegral dari kemajuan tersebut,” kata dia.

Dia berharap diskusi ini akan semakin meningkatkan peranperempuan dalam menjaga dan membangun bangsa akansemakin penting, dan bukan hanya agen perubahan, tetapijuga pemimpin yang membawa harapan baru bagi Indonesia.

Pada ksesmpatan yang sama, Lestari Moerdijat, Wakil KetuaMPR RI mengungkapkan, bahwa perempuan telah mengisilembar sejarah Indonesia sejak dulu. Banyak tokohperempuan yang dianugerahi gelar pejuang nasional, sepertipara pemimpin perempuan dari Aceh yang pernah memimpindengan gagah berani.

Salah satu contoh terbaru adalah pengakuan Ratu Kalinyamatsebagai pahlawan nasional pada tahun 2023. Ratu Kalinyamat, yang memimpin pada abad ke-15, memiliki visimaritim yang luar biasa dengan menyatukan para sultan dariAceh dan membangun pertahanan laut Nusantara yang mampu menghadang invasi Portugis.

“Fakta sejarah mencatat bahwa pasukan Portugis gentarmenghadapi armada laut Ratu Kalinyamat yang berjumlahribuan orang, mirip dengan kapal induk dalam kekuatanmodern. Sayangnya, setelah masa kolonial, bangsa Indonesia justru dilarang membangun kapal besar, padahal industriperkapalan saat itu berkembang pesat dengan peran signifikandari Perempuan,” ujarnya.

Dia menambahkan, kondisi perempuan masa kini yang masihmenghadapi berbagai tantangan dalam mencapai kesetaraan. Meskipun sejarah membuktikan bahwa perempuan memilikikemampuan besar, banyak di antara mereka masih dihadapkanpada keterbatasan akses dan stereotip yang menghambatpotensi mereka.Meskipun konteks perjuangannya berbeda, semua pihak sepakat bahwa perempuan harus terus berperanaktif dalam pembangunan bangsa.

“Dari diskusi ini, diharapkan semakin banyak perempuanyang terinspirasi untuk mengambil peran dalam berbagaisektor, baik dalam politik, ekonomi, maupun sosial. Kesetaraan bukan hanya cita-cita, tetapi sebuah perjuanganyang harus terus diperjuangkan bersama demi masa depanIndonesia yang lebih baik,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Dewan Pers Dr. Ninik Rahayumengatakan, Diskriminasi gender masih menjadi tantanganyang harus dihadapi di berbagai sektor, terutama di lingkungan kerja. Perempuan sering kali menjadi kelompokyang lebih rentan terhadap ketidakadilan dalam halkesempatan kerja, penggajian, dan promosi.

Dia menambahkan, Diskriminasi yang terjadi ini mencakupberbagai aspek, termasuk kesempatan kerja, penggajian, promosi, serta kondisi kerja. Seperti: Peluang Kerja yang Tidak Setara, Kesenjangan Upah (Gender Pay Gap), Hambatan dalam Promosi Jabatan, Pelecehan dan Kekerasandi Tempat Kerja, Ketidaksetaraan dalam Hak dan Fasilitas.

“Oleh karena itu, penting bagi pemerintah, perusahaan, dan masyarakat untuk terus mendorong kebijakan yang lebihinklusif dan adil guna menciptakan lingkungan kerja yang setara bagi semua,” imbuhnya.

Pandangan tak jauh berbeda diutarakan Nicky Clara, seorangSosial Entrepreneur yang juga merupakan pemilik usahafashion berbasis pemberdayaan disabilitas, menekankanbahwa perempuan dan penyandang disabilitas menghadapitantangan berlipat. Ia membuktikan bahwa perempuan dapatberkontribusi besar dalam ekonomi melalui model socio-entrepreneurship.

“Memberdayakan satu perempuan berarti memberdayakansatu keluarga. Namun, masih banyak kebijakan yang perludiperbaiki agar perempuan, khususnya yang berkecimpungdalam UMKM, mendapatkan akses yang setara,” tegasnya.

Irine Hiraswari Gayatri, Peneliti Badan Riset dan InovasiNasional (BRIN), menyoroti bagaimana feminisme global mengalami dinamika yang berbeda di setiap wilayah. Di Indonesia, ada kemajuan, stagnasi, bahkan kemunduran dalamberbagai aspek.

“Perempuan masih dianggap sebagai pihak kedua dalambanyak sektor, termasuk dalam kepemimpinan politik dan ekonomi. Interpretasi budaya dan agama sering kali mempermanenkan ketimpangan ini, sehingga perjuanganperempuan masih Panjang,” paparnya.

Diskusi Patriotisme Perempuan: Dulu, Kini, dan Nanti”ditutup dengan pernytaan Wartawan Senior, Saur Hutabarat, menurut dia integritas berarti mengatakan apa adanya, konsisten, dan memiliki keselarasan antara kata dan perbuatan.

Perempuan Indonesia telah membuktikan bahwa merekamampu berjuang dalam berbagai situasi. Kini, tantangannyaadalah memastikan bahwa perjuangan ini terus berlanjutdengan dukungan kebijakan yang inklusif dan kesadarankolektif untuk menghapus diskriminasi.

“Patriotisme perempuan bukan hanya soal mengangkatsenjata, tetapi juga tentang bagaimana mereka berkontribusidalam pembangunan bangsa di berbagai bidang. Dengansemangat yang sama seperti para pendahulu, perempuan masa kini harus terus maju, memastikan bahwa kesetaraan dan keadilan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,” tandasnya.extra

BACA JUGA INI:   *Catatan Akhir Tahun 2021 PWI Pusat* Indonesia Mulai Keluar dari Pandemi
lion parcel