Menghindarkan Tutup Toko Akibat Susut Ritel
Resensator : Yustinus Bayuntoro
Judul : How to Manage Retail Shrinkage & Loss Prevention
Penulis : Christian F. Guswai
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun: 2018 ( Cetakan Pertama )
Dimensi : panjang 21 cm., tinggi 14 cm., tebal 1.5 cm. , isi 201 halaman, Cover : Soft
Harga: Rp. 98.000 ,–
Susut ritel (retail shrinkage) adalah segala kerugianyang diakibatkan oleh pencurian, kesalahanadministrasi, kecurangan atau kesalahan orang dalamsuatu perusahaan ritel dan terlalu lamanya barang tidaklaku sehingga expired, barang rusak / busuk. Di luarempat faktor tadi, sebenarnya ada faktor lain sepertikerusakan yang disebabkan oleh binatang pengerat, bencana kebakaran oleh konsleting listrik, masuknya air hujan ke gudang, misalnya, yang dapat membawa susutritel. Akan tetapi karena masuknya binatang pengerat, konsleting listrik dan rusaknya gudang itu mestinyadiantisipasi dan dikontrol oleh manusia, maka kerugianini dimasukkan dalam kategori masalah people(manusianya).
Susut ritel, yang hingga kini masih menghantuipara peritel dan disinyalir sebagai salah satu biangbangkrutnya suatu usaha, makin kecil angkanyatentulah makin baik. Akan tetapi susut ritel tersebutsulit untuk dihindarkan. Karenanya banyak pelakubisnis justru menganggapnya sebagai resiko suatuoperasional bisnis. Demikian pada kelompok groupbesar minimarket bercabang secara national di Indonesia ini, susut ritel diberi toleransi hingga 0.15%, selebihnya menjadi tanggungjawab karyawan. Denganmengacu pada survey yang dilakukan Global Retail Theft Barometer, angka susut ritel secara global (per 2014—2015) reratanya mencapai 1.42% (hal. 15). Iniartinya, bila angka tersebut diasumsikan juga terjadi di Indonesia, maka karyawan dari industri minimarket besar yang mematok 0.15% angka susut ritel sebagaibeban bisnis tersebut, masih harus menanggung hampir90% dari susut ritel atau kehilangan yang terjadi di tempat kerjanya. Di sisi yang lain, adanya sebarantanggung–renteng ini, justru akan menciptakan kulturpeduli secara bersama untuk mereduksi kerugian itu,sebagai bagian corporate culture sebagaimana jugadisarankan dalam buku ini.
Christian F. Guswai (CFG), meluncurkan seri ke–9 buku ritelnya, untuk kali ini berjudul , “How To Manage Retail Shrinkage & Loss Prevention” ; panduanlengkap bagi peritel untuk mengendalikan penyusutandan mencegah kehilangan. Buku ini mengupas secarakomprehensif dan mengulas mengenai penyusutansecara menyeluruh. Mulai dari pengertian dan jenis-jenis penyusutan, tempat-tempat paling sering terjadipenyusutan dan pencegahannya, cara mengukurpenyusutan, teknologi yang membantu mengendalikanpenyusutan, serta pengendalian penyusutan oleh faktorinternal dan eksternal. Buku juga dilengkapi lampirancontoh-contoh aset-aset yang perlu dikontrol, aturan-aturan, peralatan-peralatan maupun contoh form administrasi untuk mereduksi penyusutan, semuadisertai gambar berupa photo–photo berwarna, berikutmaksud dan keterangannya. Beberapa contohnya daribuku ini (hal. 163), mengenai toilet disertai ulasansebaiknya toilet customer tidak berada di dalam toko, namun bila terpaksa di dalam toko perlu diberi stikerpengumuman sbb. : “Toilet khusus Customer, mohontidak membawa produk/barang belanjaan ke dalamtoilet”. Contoh yang lain seperti penyajian buah potongdari hasil buah utuh yang telah menurun kualitasnyaatau busuk sebagian (hal 164), untuk mereduksipenyusutan karena alam dengan cara membuang yang busuk dan menjual yang masih bagus secara buahpotongan, yang pastinya sekaligus memenuhikebutuhan konsumen dengan tidak perlu lagi mengupasserta pembelian dengan kuantitas yang lebih kecil, sesuai kebutuhan konsumen yang berbeda satu denganlainnya. Contoh lain lagi, peralatan infrared (hal 165) untuk memastikan suhu chiller pendingin daging agar tidak lekas rusak dengan menjaga selalu dalam kondisisuhu yang tepat.
Dari ulasan dan contoh-contoh yang relatif banyak, sederhana dan penting, diduga isi buku ini sebenarnyaberasal dari praktik-pratik bisnis ritel ataupun berbagaiSOP suatu organisasi besar bisnis ritel yang selama inipenulis buku ini geluti. Hal inilah menjadi kekuatandari hampir tiap karya CFG, yakni berasal dari best practices yang telah banyak diterapkan di berbagaiformat bisnis ritel besar yang berhasil, baik dari dalammaupun di luar negeri, tempat penulis buku iniberkarier sebagai professional retail business sejaktahun1988. Sebagai konsultan dan pendiri Grow & Prosper Consulting; CFG, tentu saja menjadi sumberyang tidak habis segala informasi kekinian yang dituangkan dan menjadi kekuatan dalam tulisan bukuini, disamping pemakaian bahasanya yang lugas danmudah dimengerti.
Masukannya untuk buku ini, akan lebih baik bilapenulis buku menambah di akhir setiap bab ataukesimpulannya secara brain mapping sehinggamemudahkan pembaca untuk mengingat bagian-bagianpenting dan garis besar buku ini. Kemudian pada hal 14 mengenai shoplifting (pencurian oleh pelanggan) mencapai 38% dari susut seluruhnya berdasar Global Retail Theft Barometer 2015, ini merupakan angkasusut ritel kedua terbesar setelah internal shrinkage(faktor orang dalam) yang 39%. Demikian denganangka 38% tersebut, diperlukan lebih dalam bahasanpencurian ekternal dengan tekhnik-tekhnik terkini darisi pelaku pada umumnya, misalnya , kelompokshoplifting yang menghalangi CCTV (blocker) laluyang lain beraksi, ada yang mengecoh perhatiankaryawan toko saat kawannya beraksi (diverter), teknikpencurian dengan baju khusus yang di dalamnyamemiliki kantong untuk menampung hasil curian(booster), tehknik menyelipkannya barang yang dicurike dalam paha (walker) dan sebagainya, agar pemiliktoko atau karyawan lebih waspada. Hal ini untukmelengkapi agar lebih dalam bahasan 1.3.2 External Shrinkage (hal. 6—7) meski sebagiannya telahdijelaskan di halaman yang sama.
Buku ini perlu dibaca oleh kalangan pebisnis riteltradisional yang sedang bersiap-siap mengelola bisnisatau warungnya secara lebih modern menjadiminimarket atau grosir kecil yang rapi dan tertata. Yang mulai menggunakan komputer sebagai program POS (point of Sales) untuk menunjang transaksi bisnisnyanamun belum memahami detail loss atau potensikerugian/susut ritel dengan menggunakan peralatanbaru tersebut. Juga para supervisor dan manager tokountuk reminding SOP yang berlaku maupun menambahwawasan, terlebih sebagai karyawan baru bisnis ritelataupun professional yang tugasnya berkenaan denganloss prevention division (LVD). Juga perlu dibaca olehpara pendamping ritel yang memiliki tugas muliamengembangkan bisnis toko – toko kecil sebagaiaktivitas support dan sponsor dari CSR (company social responsibility) suatu perusahaan tempat bernaungnya. Karena Shrinkage & Loss Prevention juga menjadibagian yang diajarkan pada fakultas bisnis, maka dapatjuga dijadikan sebagai buku rujukan bagi dosen danmahasiswa, terlebih untuk mereka mahasiswa yang ingin menekuni bisnis ritel di kemudian hari sebagaipilihan profesi atau usahanya.
Harapannya dengan membaca buku ini, pembacamendapat wawasan dan bagi peritel yang inginmenerapkannya terbantu serta dapat menjadikan bukuini sebagai panduan dalam menata bisnisnya baik bagiperitel format besar maupun yang berformat kecil. Diharapkan mereka yang menerapkannya dapat makinberhasil mengendalikan penyusutan. Dengan demikianbisnis ritelnya bisa meraup keuntungan yang lebih baik. Dan pada akhirnya, bisnis bisa berjalan lebih sehat dansemua pihak yang terlibat di dalamnya pun akandiuntungkan, Demikian dapat menghindarkan tutuptoko akibat susut ritel. Akhir kata, adalah “cute proverb” bahwa :Teori adalah ketika Anda tahu segalanya, namun tidak ada yang membuatnya berhasil.Latihan adalah ketika semuanya berhasil baik, namuntidak ada yang tahu mengapa berhasil baik?
Namun,Bagi para pemerhati ritel yang membaca buku “How to Manage Retail Shrinkage & Loss Prevention” ini, semoga semakin memiliki landasan teori untukberhasil, menerapkannya dan mengetahui mengapabisa berhasil.