Muba maju Lebih Cepat
Minuman Alfaone

Melihat Lebih Dekat Proses Pengolahan Tambang Batubara Bukit Asam Dari Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Sumsel dan PTBA Tbk

1283C330 2BC7 4531 AF3A 8DB4D82F592C

Melihat Lebih Dekat Proses Pengolahan Tambang Batubara Bukit Asam

Dari Uji Kompetensi Wartawan (UKW) PWI Sumsel dan PTBA Tbk

TIDAK jauh dari lokasi pelaksanaan Uji KompetensiWartawan (UKW) ke-26 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) atas kerja sama PTBA Tbk Tanjungenim dan PWI Sumsel, masih di komplek PTBA Tanjungenim.

Sebanyak 28 peserta dan penguji UKW PWI melihat langsungproses pengolahan tambang di lokasi Airlaya, proses pengangkutan batubara, dan pengolahan air bekas tambangjuga ke pembibitan tanaman.

Dipimpin oleh Bidang Humas PTBA Tanjungenim, Saman, Spesialis Hubungan Pemerintah dan Media, rombonganberangkat menuju lokasi saat hari kedua pelaksanaan UKW, Kamis (12/9). Lebih kurang dua jam, rombongan diajakmelihat proses produksi batubara dari anjungan Airlaya.

Dari atas anjungan itu, Manajer Perencanaan Lapangan, Suratman, menjelaskan kepada peserta UKW yang notabenewartawan yang bertugas di wilayah kerja di KabupatenMuaraenim dan Lahat ini, menjelaskan terkait produksibatubara di Airlaya, Tanjungenim. Tambang batubara di Airlaya di Unit Pertambangan Tanjung Enim (UPTE), merupakan tambang tertua yang dimiliki PTBA. Tambang Airlaya sudah mulai beroperasi sejak 1919 pada masa kolonial.

Tambang tersebut merupakan bagian dari UPTE dengan total area kelolaan 93.977 ha yang terdiri dari Airlaya seluas 7.621 ha, tambang Muara Tiga Besar seluas 3.300, tambang BankoBarat seluas 4.500 ha, tambang Banko Tengah Blok Barat seluas 2.423 ha, tambang Banko Tengah Blok Timur seluas 22.937 ha, tambang Banjarsari, Kungkilan, Bunian, Arahan Utara, Arahan Selatan seluas 24.751 ha. Selain itu Tambang Air Laya merupakan tambang yang memberikan kontribusi terbesar dari produksi PTBA Tbk dari seluruh tambang yang dikelola PTBA.

BACA JUGA INI:   Tingkatkan Kinerja ASN, OKI Adopsi Smart Birokrasi Jabar

Rombongan diajak melihat langsung proses pengangkutanbatubara melalui jalur kereta api. Di stasiun pengisianbatubara terlihat gerbong-gerbong kereta api mulai diisibatubara dan akan dibawa ke Lampung. Setelah itu meninjauproses pengolahan air bekas tambang.

Dikutip dari laman PTBA, Air Asam Tambang (AAT) adalah fenomena alamiah, dimana batuan yang mengandung belerang (batuan yang bersifat asam) teroksidasi pada udara terbuka, dan jika terkena air aka menjadi air yang bersifat asam. PTBA memliki konsepsi pengelolaan air tambang yang holistik, diawali dengan penyelidikan geokimia batuan melalui pemodelan sehingga memudahkan dalam karakterisasi batuan dengan kategori PAF (Potencial Acid Forming) dan NAF (Non Acid Forming). Penanganan material PAF & NAF dilakukan secara sistematis di area timbunan, sehingga dapat dipastikan potensi terbentuknya air asam yang disebabkan oksidasi PAF tidak terjadi. Hal tersebut merupakan upaya mitigasi/ pencegahan pembentukan air asam tambang di area timbunan. Perseroan memiliki prosedur spesifik, yang mengatur pembuangan Batuan yang Bersifat Asam dan Air Asam Tambang. Tujuan pengelolaan keduanya adalah agar air yang keluar dari kawasan penambangan memenuhi kualitas baku mutu lingkungan hidup.

BACA JUGA INI:   PTBA Kerja Sama dengan Berbagai Pihak, Dorong Pengembangan Usaha

Tanah pucuk diambil seluruhnya dengan hati-hati dengan alat berat dan ditimbun di lokasi penimbunan tanah pucuk (top soil bank). Tanah pucuk di lokasi penimbunan dipelihara dari erosi dan kerusakan dengan penanaman cover crop. Di areal reklamasi yang telah selesai dibentuk dengan penataan lahan. Tanah pucuk tadi dihamparkan kembali setelah 50 cm. Dengan demikian lahan reklamasi tadi siap ditanami untuk proses revegetasi dan rehabilitasi. Selain itu terdapat juga batuan penutup yang merupakan lapisan tanah antara tanah pucuk dan lapisan batubara yang dipindahkan dari lokasi penambangan untuk ditimbun di luar lubang tambang dan ke dalam lubang tambang di areal yang sudah sudah selesai ditambang. Tanah penutup yang diperkirakan bersifat asam (potentially acid formation) diperlakukan secara khusus sesuai Prosedur Operasi Standar Perseroan. Tanah penutup jenis ini ditimbun di areal yang khusus dipersiapkan dan dilakukan pengapuran sehingga tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan.

BACA JUGA INI:   Tingkatkan PAD, Pemkab Muba Gelar Lelang Kendaraan Dinas Secara Online

Peserta UKW juga diajak melihat langsung proses pembibitanberbagai tanaman yang akan ditanam di lokasi bekas tambang. Program reklamasi dan revegetasi arael tambang ini juga memberdayakan masyarakat. Selain penanaman tanaman, Perseroan mengalokasikan sebagian lahan bekas tambang di Tambang Air Laya untuk dipergunakan menjadi areal tambak ikan dengan tujuan mendukung ketahanan pangan. Kini luas lahan tambak yang diusahakan oleh 25 binaan mencapai 2,5 ha. Pada 2018, hasil produksi ikan dari tambak ini berupa ikan lele 22.000 Kg (22ton), Patin 10.000kg (10 ton), Nila 5.400 kg (5,4 ton), Gurami 600kg (0,6 ton) dengan total penjualan sebesar Rp684.000.000. firdaus

 

lion parcel