Cegah Radikalisme, FKPT Sumsel Bekali Penyuluh Agama

IMG 20181025 WA0030

Inderalaya, Extranews — Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sumsel menggelar penguatan kapasitas penyuluh agama dalam menghadapi radikalisme, di Aula Rumah Makan Sederhana, Inderalaya, Ogan Ilir , Kamis (25/10).
Acara yang digelar dengan tema Ayat ayat Damai, dibuka oleh Deputi Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Hendri Paruhuman Lubis. Acara diisi dengan pembacaan ikrar penyuluh agama yang dilakukan oleh peserta .

Hendri menjelaskan, radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman nyata bagi NKRI. Patut digarisbawahi dari rangkaian aksi Terorisme adalah kelompok pelaku tinggal di tengah masyarakat dan membaur dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu dituntut untuk waspada terhadap tumbuhnya paham radikalisme di tengah masyarakat . Kebijakan BNPT dalam penanggulangan terorisme menekankan pada upaya penanggulangan Terorisme yang integratif dan komprehensif. Upaya lain yaitu kerja sama internasional dengan dasar pemikiran bahwa terorisme adalah ancaman dan gerakan yang mempunyai jaringan lintas batas negara.

BACA JUGA INI:   Komitmen Keislaman Deru Diapresiasi Ketua PWI Sumsel Pada Pembukaan Lomba Adzan

Ketua FKPT Sumsel Dr Periansyah, menjelaskan , fenomena aksi radikalisme dapat menimbulkan keresahan dan dapat saling tuduh dan menjadi benih konflik antar masyarakat. “Kita tahu di Sumsel zero konflik dan itu menjadi komitmen FKPT Sumsel,” ujar Peri. Menjadi penting peran tokoh agama, dan program ini seluruh Indonesia dan saat ini dilaksanakan di Ogan Ilir.

Pemateri  lainnya yaitu Dr. Hj. Andi Intang Dulung dengan materi deteksi dini dalam pencegahan terorisme . Andi menjelaskan, soal penyuluh agama memiliki kapasitas masing-masing dalam kelompoknya untuk berdakwah. Selain itu menambah referensi soal pencegahan radikalisme. “kita tetap harus waspada karena Palembang merupakan daerah aman namun ada budaya keterbukaan misal menerima tamu adalah hal yang biasa. Sangat senang menerima tamu, jangan sampai budaya menerima tamu disusupi oleh hal yang tidak diinginkan. Jangan memanfaatkan budaya tertentu untuk menyebarkan faham yang dilarang. Hal ini tentunya harus diantisipasi, “jelasnya.
Sedangkan narasumber lainnya, Taufik Hidayatullah dari Indonesian Institute for Society Empowerment yang membawa materi sistematika penulisan naskah dakwah. Pada materi yang sama juga hadir Surayya Kamaruzzaman dari Sekretaris Pusat Riset HAM Unsyiah. @fk

lion parcel