PLN Mengucapkan selamat idul fitri 2025

Misteri Hilangnya Nama Habibie di Panel Sejarah Iptek di BRIN, yang Ada Foto Soekarno

Misteri Hilangnya Nama Habibie di Panel Sejarah Iptek di BRIN, yang Ada Foto Soekarno

JAKARTA, ExtraNews – Era 1970-an merupakan masa jaya perekonomian Indonesia. Pasalnya, Indonesia meraup keuntungan besar usai minyak bumi dan gas yang diekspor Pertamina laku keras di pasar internasional.

Kas negara bertambah dan pembangunan besar-besaran pun bisa segera terwujud. Sebagai negara berkembang yang usianya belum genap 50 tahun, tentu ini momen tepat untuk bergerak lebih maju.

Soeharto, dalam autobiografinya berjudul Soeharto : pikiran, ucapan, dan tindakan saya (1989), percaya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) laju pembangunan akan lebih cepat tercapai.

Singkatnya, teknologi jadi salah satu sektor yang diandalkan. Untuk mengawal semua ini, Soeharto mencari orang yang tepat.

Pada saat bersamaan, di Jerman tersiar kabar ada orang Asia yang mampu membuat pesawat. Bahkan dia berhasil melahirkan teori keretakan yang tidak lagi membuat pesawat jatuh saat terbang. Orang itu rupanya warga Indonesia. Namanya Bacharuddin Jusuf Habibie.

BACA JUGA INI:   Telak! Anggota DPR Fraksi PDIP Bungkam Bahlil yang Protes soal Anggaran Tahun 2025: Salah Tempat, Ini Ide Jokowi atau Prabowo?

Seketika, Soeharto langsung memintanya pulang. Direktur Pertamina Ibnu Sutowo diutus langsung untuk berbicara dengan Habibie di Jerman. Tepat di Januari 1974, Habibie pulang kampung dan langsung menemui Soeharto di Istana.

Menurut Sulfikar Amin dalam The Technological State (2012), pertemuan ini menjadi awal bersejarah untuk pengembangan teknologi Indonesia selama 20 tahun ke depan yang kelak jadi kekuatan utama di era Orde Baru.

Jabatan pertama Habibie di Indonesia adalah Kepala Teknologi Pertamina. Lalu pada 1978 dia resmi diangkat sebagai Menteri Riset dan Teknologi yang kemudian dipegangnya terus-menerus selama hampir 20 tahun.

Habibie punya mimpi yang jauh melebihi zamannya. Dalam “Sophisticated Technologies: Taking Root in Developing Countries” (1990), Habibie ingin Indonesia mutlak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Jika dua hal itu sudah dikuasai, Indonesia dapat melakukan lompatan besar: berubah dari negara agraris ke negara industri.

BACA JUGA INI:   Presiden Prabowo Ajak Rakyat Cari Kebaikannya, Bukan Kejelekan Jokowi

Ambisi ini terlihat pada berdirinya dua lembaga besar sektor teknologi, yakni Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) pada 1976 dan Pusat Penelitian, Sains, dan Teknologi (Puspitek) pada 1984.

lion parcel