PLN Mengucapkan selamat idul fitri 2025
OPINI  

Inilah Dampak Perang Ukraina dan Russia Terhadap Perdagangan Komoditas Dunia

B8B680B0 A6B7 446E 959D FD5B2EE01312
4856D480 CE5F 4AD6 BEE1 10A5DC27A5C0
Mukhlisin Aziz
Independent Consultant/Advisor, mainly in Shipping and coal marketing, provide training/Advice to various companies such as Adaro, Meratus Shipping, Indomining, Krakatau Posco, Titan Mining, Turangga Resources, Indexim Coalindo, Reswara etc

PERANG Russia versus Ukraina masih berlangsung. Belum tahu kapan perang akan berakhir ? Pastinya dampak terhadap perdagangan komoditas tentu saja ada.

Ukraina awalnya adalah salah satu negara anggota Federasi Soviet. Bersama sama Moldova, Estonia, Latvia, Lithuania, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Russia, Armenia, Azerbaijan, Georgia, setelah runtuh nya Uni Soviet ahir 1991, masing masing negara anggota federasi soviet menjadi negara merdeka.

Beberapa negara negara ex Russia seperti Estonia, Latvia dan Lithuania akhir nya bergabung dengan Nato dan Uni Eropa. Pada tahun 2010 sampai tahun 2014, Ukraina dipimpin oleh seorang presiden pro Russia yang Bernama Viktor Fedorovych Yanukovych, namun kemudian Yanukovich tumbang setelah didemo rakyat Ukraina, saat ini Yanukovych hidup di pengasingan di Russia.

Kekhawatiran Putin memuncak setelah Zalensky terpilih secara demokratis menggantikan Petro Porosenko, yang menggantikan Yanukovych, Zalensky dianggap pro barat, dengan berencana bergabung ke Uni Eropa dan Nato, karena Ukraina berbatasan langsung dengan Russia, Putin mencoba segala cara untuk menggagalkan rencana Ukraina bergabung dengan NATO.

Setelah mempersiapkan pasukan militer Russia sejak 2021 di perbatasan Ukraina dan Belarus, pada tanggal 24 February menginvasi Ukraine. Operasi militer yang dilakukan melalui wilayah Donbass dan Luhank, serta Belarus langsung berdampak signifikan terhadap perdagangan komoditas dunia, harga acuan minyak mentah West Texas Intermediate menembus angka USD 100/mt, dari sebelumnya USD 89/mt pada tanggal 25 Feb 2022, Kenaikan harga minyak mentah ini kemudian diikuti rally kenaikan harga komoditas lainnya seperti batubara, emas, gandum, nikel, yang bahkan perdagangan nya di berhentikan sementara di London Metal Exchange, karena harga nickel melonjak hamper 100 % dalam kurun waktu seminggu pada tanggal 8 maret 2022

 

Secara umum perubahan harga komoditas diakibatkan adanya perubahan pasokan dan permintaan, dalam kaitan perang Ukraina dan Russia, hal ini menyebabkan terjadinya supply disruption, dan dibarengi peningkatan permintaan komoditas yang membaik seiring membaik nya kondisi ekonomi dunia karena berkurang nya kasus covid di dunia, kombinasi beberapa hal ini mendorong melonjaknya harga komoditas dunia

BACA JUGA INI:   Tabayyun lah, Oleh Hendry Ch Bangun

 

Sanksi keras yang diterapkan negara-negara barat terhadap Russia, dengan memboikot komoditas seperti minyak, gas, gandum, batubara dan lain lain, memaksa negara negara konsumen mencari alternatif pemasok lain

Sebagai contoh untuk komoditas batubara, Russia meng ekspor sekitar 144 juta ton batubara setiap tahun, Russia mengekspor batubara nya dari pelabahun Vostochny dan Vanino di Pacific, untuk menyuplai ke negara-negara  seperti China, Korea Selatan, Jepang, Taiwan dan Vietnam, sedangkan untuk negara negara di Eropa, Russia mengekspor melalui Pelabuhan Ust Luga di lautan Baltic, dan Mursmank di laut utara.

Akibat sanksi terhadap Russia, maka negara-negara pembeli batubara Russia di Asia mencari alternatif sumber batubara dari Australia dan Indonesia, sedangkan negara negara di Eropa mencari alternatif sumber batubara dari Kolumbia, Amerika, Afrika Selatan, bahkan dari Indonesia dan Australia.

Namun tentu saja tidak serta merta negara negara penyuplai batubara dapat serta merta memenuhi pasokan yang ditinggalkan Russia, yang ahirnya menyebabkan naiknya harga batubara di pasar internasional.

Komoditas lain yang terpengaruh perang Ukraine dan Russia adalah komoditas biji gandum, yang dalam perdangan international disebut Wheat, wheat ini dipergunakan sebagai bahan baku untuk membuat terigu.

Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik pada tahun 2021 Indonesia mengimpor gandum sebanyak 11,17 juta ton, dimana Australia penyuplai terbanyak, diikuti oleh Ukraine, salah satu Pelabuhan ekspor gandum terbesar di Ukraina adalah Odessa, Pelabuhan ini diserang habis-habisan oleh Russia, dengan tujuan untuk melumpuhkan jalur logistic export Ukraina.

Kondisi  perang juga menyebabkan kapal-kapal pengangkut biji gandum menolak untuk berlayar ke Pelabuhan di laut hitam, pihak asuransi juga menolak untuk menanggung kerugian kapal yang berlayar di daerah perang, menyebabkan pasokan biji gandum dari Ukraine terutama Pelabuhan Odessa, dan Russia di Pelabuhan Novorossiysk, Russia memasok 18% kebutuhan gandum dunia, sedangkan Ukraina 7%, gabungan Russia dan Ukraina berjumlah 25% dari kebutuhan gandum dunia, rute pelayaran dari laut hitam akan melewati selat Bosphorus Turki, bagi kapal yang menuju eropa akan melewati Gibraltar, sedangkan bagi kapal yang menuju ke Asia akan melewati terusan Suez.

BACA JUGA INI:   Hashim Djojohadikusumo dan Masa Depan Pribumi di Indonesia ?

Bagi Indonesia alternatif sumber impor gandum adalah Australia, Amerika (New Orleans, Mississippi) dan Kanada (Vancouver), namun dengan terjadinya gangguan pasokan dari Ukraine dan Russia, menyebabkan harga gandum melanjak tajam seperti harga komoditi2 lainnya, walaupun perang usai, namun perlu waktu bagi Ukraina meningkatkan pasokan biji gandum dari negara mereka, mereka harus melakukan asesmen terhadap rusak nya infrastruktur logistik mereka, seperti Pelabuhan, jalur kereta api dan fasilitas produksi, dan tentu saja memerlukan waktu yang lama untuk melakukan rekonstruksi infrastruktur mereka

Salah satu akibat diterapkan nya sanksi ekonomi terhadap individu/organisasi/perusahaan Russia oleh Amerika dan negara2 barat, menyebabkan mereka tidak melakukan transaksi keuangan, Amerika melalui Office of Foreign Asset Control (OFAC) mengeluarakan daftar individu/organisasi/perusahaan yang dimaksudkan dalam sanksi ekonomi, pemerintah Amerika mengeluarkan peringatan kepada seluruh pihak2 di dunia untuk tidak melalukan transaksi dengan mereka yang terdapat di daftar OFAC, dengan konsekwensi kalau masih melakukan transaksi, akan di blockade proses transaksi nya

Perang Ukraina dan Russia juga menunjuk kan betapa tergantung nya negara-negara Eropa terhadap pasokan komoditi energy dari Russia terutama Minyak dan Gas.

Putin mencoba menggunakan ketergantungan ini sebagai senjata untuk menghadapi tekanan negara-negara Eropa , terbukti pada saat awal invasi, Jerman yang mengimpor sekitar 30% dari kebutuhan gas nya dari Russia, terlihat enggan untuk mengutuk keras invasi Russia atas Ukraine, untuk menghindarkan sikap  Russia memberhentikan pasokan gas nya.

Selain itu perang ini juga menyebabkan negara-negara di dunia berpikir ulang dalam hal menentukan kebijaksanaan energi nasional negara2 mereka. Sebelum Pandemi dan perang Russia/Ukraina semua negara sudah sepakat untuk mengurangi emisi gas, dengan mengurangi penggunaan pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fossil, seperti minyak dan batubara, dengan mulai mengembangkan sumber energi baru dan terbarukan, seperti angin, sinar matahari, air, bio massa dan lain, dengan target zero emission tercapai tahun 2050-2060.

BACA JUGA INI:   Ada Apa PSBB di Sumsel ? Oleh Firdaus Komar Mahasiswa Program Doktor Administrasi Publik FISIP Universitas Sriwijaya

Namun saat ini di beberapa negara maju mulai mengaktifkan Kembali pembangkit listrik batubara, nuklir dll, besar kemungkinan pencapain zero emission tidak akan tepat waktu, pembangkit listrik yang menggunakan bahan bakar fosil akan tetap beroperasi lagi.

Masih belum jelas kapan perang Russia dan ukraina ini akan berakhir, tapi apapun hasil akhir  perang ini, tidak akan menyebabkan dunia menjadi lebih baik,selain korban jiwa yang berjatuhan, perang ini mendorong terjadi nya perlombaan senjata, dan akan mendorong terjadi nya konfik lain di bagian dunia yang lain seperti di laut Cina Selatan, gejolak perang selalu menyebabkan perdagangan komoditi menjadi terganggu, dan menyebabkan makin mahal nya kebutuhan hidup sehari-hari di seluruh dunia. @

lion parcel