Muba maju Lebih Cepat
Minuman Alfaone
OPINI  

10 Tahun di Sripo, Awal Belajar Jurnalistik dan Pernah Ikut Bikin Tribun Batam, Oleh : Firdaus Komar

A30A0F44 1EA5 4798 8D55 B62E9F034230

10 Tahun di Sripo, Awal Belajar Jurnalistik
dan Pernah Ikut Bikin Tribun Batam,

Oleh : Firdaus Komar

KULIAH di Universitas Sriwijaya (Unsri) dari 1989 hingga 1995, dan termasuk aktif di organisasi kampus baik intra kampus maupun ekstra. Karena keaktifan itu juga, sering diwawancara oleh wartawan, termasuk dari Sripo. Dari sini juga saya mulai banyak komunikasi karena kenal dengan wartawan lokal maupun nasional. 1995 awal, saat ada lowongan kerja berupa penerimaan posisi wartawan, saya pun memasukkan surat lamaran. Walaupun saat itu ijazah secara resmi belum keluar dari Unsri, dan bisa diminta dengan surat keterangan telah lulus sarjana dari dekan. Proses tes yang ketat dari lebih kurang 200 pelamar sampai pada tahap akhir diterima sebagai calon wartawan sebanyak delapan orang.

Di sinilah awal saya masuk ke dunia wartawan, mengenal jurnalistik secara mendalam. Bayangkan sebelum ditugaskan ke lapangan, kami wartawan baru yang dikenal dengan istilah calon koresponden (cakor) wajib mengikuti in house training.

Sebelum resmi diterima, saya bersama teman seangkatan mulai mengikuti training di kelas. Materi materi jurnalistik mulai dipelajari dari para wartawan-wartawan senior. Saya begitu serius mengikuti training. Saya merasakan benar-benar dididik, karena masuk pagi pukul 08.00 WIB dan pulang larut malam, karena tertarik sampai mengikuti proses di redaksi.

Lebih dari satu bulan mengikuti training di lantai IV Gedung Sripo Jalan kapten A Rivai 88. Saat digembleng dalam house training ini juga dari delapan orang, tidak semuanya bertahan. Saat itu guru tetap adalah Om Valens Zebua. Dari sini juga dimulai untuk membuang rasa ego yang selama ini saya rasakan sebagai seorang mahasiswa aktif di kampus. Saya pun memantapkan diri menjadi seorang wartawan, profesi yang sebenarnya tidak saya bayangkan sebelum saya keluar dari dunia kampus.
Pengalaman menjadi wartawan di Sripo, terdapat rasa kebanggaan dalam menjalankan tugas jurnalistik. Saya bergabung di manajemen Sripo selama lebih kurang 10 tahun (1995-2005).
Selama 10 tahun juga saya merasakan dunia jurnalistik yang penuh dengan tantangan dan membutuhkan kesiapan waktu 24 jam dalam sehari semalam, yang setiap saat, anytime jika ditugaskan atau pun melakukan tugas jurnalistik kapan saja harus siap.
Menjalankan tugas jurnalistik di lapangan, tentu saja sebagai wartawan pemula wajib mengetahui ilmu jurnalistik secara teori dan praktik. Kemampuan wartawan muara skill yang dilihat adalah karya jurnalistiknya. Untuk mendapatkan karya jurnaslistik yang bisa diterima dengan minimal berita tersebut bisa dimuat untuk edisi penerbitan koran (belum ada media online).
Ilmu atau minimal pedoman yang wajib sebagai wartawan pemula adalah, membuat rencana liputan. Tahap awal merencanakan liputan, wajib mengetahui isu atau pun informasi awal. Wartawan wajib memasang telinga selebar-lebarnya untuk mendengarkan isu apa yang sedang berkembang atau menjadi pembicaraan, selain itu gunakan indera penglihatan untuk membaca berbagai informasi, jangankan membaca berita yang sedang tayang, spanduk atau pun selebaran di jalan pun wajib dibaca. Jadi pelajarannya, dituntut untuk care atau peduli dengan informasi di lingkungan sekitar dan sumber informasi itu dari mana saja. Inilah awal untuk merencakan liputan dengan memilih dan menentukan topik menarik untuk dibuat rancangan liputannya. Selanjutnya mencari informasi dengan menentukan narasumber atau pun menggali informasi dari data-data yang akurat dan wajib menguji semua informasi tersebut. Ilmunya adalah memverifikasi semua data dan informasi yang diperoleh. Tahap paling penting dan menentukan adalah menulis atau menyajikan tulisan.
Dalam proses inilah belajar menentukan angle atau sudut pandang sampai dengan memberikan judul dan mengetik isi berita. Inilah proses belajar yang sampai bermalam-malam. Untuk mendapatkan berita yang baik itu penuh dengan perjuangan. Dalam satu hari pun belum tentu satu berita kelar. Bisa jadi menghabiskan berlembar-lembar kertas, karena hasil berita penuh dengan koreksi dengan corat-coret oleh mentor atau redaktur yang ditugaskan menangani sebagai wartawan pemula. Pada tahap awal, sederhananya bagaimana menghasilkan berita yang bisa dimuat. Itu saja. Karena untuk dipercaya ditugaskan ke lapangan, manajemen harus memastikan sudah bisa menghasilkan karya liputan (dari perencanaan, wawancara mencari dan memperoleh data, sampai dengan hasil penulisan karya jurnalistik).
Setelah memahami ilmu jurnalistik, tahap berikutnya pengalaman penugasan jurnalistik. Pada tahun 1995, saya ditugaskan sebagai cakor di Kota Prabumulih, dan belum sampai dua bulan pindah ke Kabupaten Muaraenim. Belum lama jadi cakor Sripo mengalami masalah dan tidak terbit (1996-1997), namun saya ditugaskan di Persda Jakarta. Momentum waktu itu adalah pemilu 1997. Setelah itu kembali mempersiapkan terbit kembali Sripo. Setelah terbit kembali, saya banyak terlibat didalam redaksi pernah sebagai redaktur Kota, Olahraga, Ekonomi Bisnis. Saya pun mulai merasakan rutinitas untuk selalu membuat perencanaan liputan dan satu desk, sehingga bisa tiba-tiba di rolling atau mutasi pindah ke deks lain yang berbeda. Pada tahun 2024, saya ditugskan ke Batam ikut menjadi bagian yang diminta untuk membantu penerbitan Tribun Batam.
Banyak pengalaman ikut menjadi bagian dalam mempersiapkan penerbitan sebuah koran baru, walaupun job desk saya lebih pada pengelolaan halaman ekonomi bisnis, namun saya pun ikut mendengar dan ikut belajar membuat perencanaan penerbitan semua koran. Dari mempersiapkan manajemen infrastruktur sampai dengan pengadaan sumber daya manusia (SDM).
Dari sisi pengalaman liputan yang paling berkesan adalah saat tugas di Muaraenim, yaitu ada peristiwa pembunuhan yang melibatkan aparat penegak hukum. Menariknya kasus ini karena dilatarbelakangi hubungan asmara antara aparat dengan perempuan dan perempuan ini juga menjalin hubungan dengan pria lain. Akibatnya pria lain ini dibunuh oleh aparat penegak hukum dengan menyuruh beberapa napi yang sedang asimilasi di rumah tahanan (rutan). Membuat saya menjadi perhatian dan dicari dan merasakan sebagai wartawan karena isu pembunuhan itu sampai tujuh hari berturut-turut sebaga berita headline di halaman 1. Bayangkan betapa puasnya, ketika itu. 2025, keluar dari manajeman Sripo, by by Sripo dan terima kasih atas dilibatkan dalam kebersamaan selama 10 tahun.

BACA JUGA INI:   Media Perlu Dibantu Agar Tetap Hidup Catatan Hendry Ch Bangun
lion parcel